Film “Kalian Pantas Mati” dijadwalkan tayang di seluruh bioskop Tanah Air mulai 13 Oktober. Dari karya tersebut, bakal hadir dengan kualitas berbeda, ditambah lagi para pemainnya bukan dari nama besar aktor yang kerap menghiasi layar lebar Indonesia.
ME-REMAKE dari Korea Selatan, rilisan medio 2014 silam berjudul Mourning Grave itu menampilkan cukup banyak efek computer-generated imagery (CGI), dan diklaim menelan bujet yang tidak sedikit, sekitar belasan miliar rupiah.
“Hampir segitu. Tapi kalau dihitung sama biaya promosi dan segala macam bisa lebih dari Rp 11 miliar,” ungkap Robert Ronny selaku produser dari rumah produksi Paragon Pictures saat ditemui di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu. Meski merupakan film remake, “Kalian Pantas Mati” dinilai cukup berbeda dari versi aslinya. Setidaknya film tersebut hampir tidak ada adegan yang sama persis dari film Mourning Grave arahan sutradara Oh In-chul.
Robert Ronny menyebut, secara kualitas, film “Kalian Pantas Mati” lebih baik dibandingkan versi aslinya. “Kami memang punya komitmen kalau me-remake film harus lebih kualitasnya dari film aslinya,” tuturnya.
Film Mourning Grave sejatinya tidak masuk kategori IP besar di Indonesia. Sebab, film tersebut terbilang asing bagi sejumlah orang, bahkan bagi kalangan pelaku industri perfilman sekalipun. Rumah produksi Paragon Pictures dan Ideosource tertarik mengadaptasinya karena merasa film itu memiliki cerita yang bagus.
Film “Kalian Pantas Mati” mengangkat isu tentang bullying di kalangan anak sekolah, yang dibalut dengan drama dan kisah percintaan beda dunia. Film garapan sutradara Ginanti Rona bahkan menyisipkan sedikit unsur komedi di dalamnya.
Alim Sudio selaku penulis naskah skenario film “Kalian Pantas Mati” mengatakan, proses penggarapannya melalui proses adaptasi secara kreatif. Film itu juga memasukkan kebudayaan lokal di Indonesia yang menjadi pembeda dari versi aslinya.
Menariknya, film “Kalian Pantas Mati” tidak mengandalkan aktor dan aktris yang menjadi andalan film box office. Justru pemainnya mayoritas merupakan aktor dan aktris pendatang baru. Hal tersebut sengaja dilakukan agar terjadi proses regenerasi di dunia perfilman Tanah Air.
Ginanti Rona selaku sutradara mengatakan, meski mayoritas pemain merupakan pendatang baru, proses casting menjadi kunci utamanya. Hanya pemain yang memiliki kemampuan akting baik yang dipilih agar cepat diberikan pembekalan, mudah untuk diarahkan, dan dikembangkan.
“Enggak ada kesulitan meski pemain pendatang baru. Aku malah puas, mereka memberikan energi lebih untuk film ini. Mau tidak mau, aku yang masuk ke mereka, curhat dulu sebelum syuting,” katanya. Berdasarkan sinopsis, film “Kalian Pantas Mati” berkisah tentang Rakka (Emir Mahira) yang terlahir indigo. Dia bisa berkomunikasi dengan ruh orang yang sudah meninggal. Kemampuan tersebut justru membuat Rakka terbebani dan kerap membuatnya di-bully di sekolah.
Suatu ketika, Rakka memutuskan pindah dari Jakarta ke Bogor, kampung halamannya untuk hidup bersama sang paman, Ajat (Randhika Djamil). Ajat diketahui memiliki kemampuan yang sama dengan Rakka. Di sana, Rakka harus berhadapan dengan arwah jahat. Hantu itu juga yang membuat beberapa teman sekolah Rakka menghilang secara misterius. Rakka terpaksa menggunakan kemampuannya untuk mencari tahu di balik teror arwah penuh dendam ini.
Namun, saat yang bersamaan, dia juga bertekad untuk membantu hantu cantik bernama Dini (Zee JKT48) untuk mengembalikan ingatannya. (jpc/dra/k16)