INFLASI inti dan ekspektasi inflasi bakal berisiko meningkat. Itu akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dan inflasi volatile food. Selain itu, semakin menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan. Berbagai perkembangan tersebut akan mendorong inflasi tahun 2022 dan 2023 berisiko melebihi batas atas sasaran 3,0±1 persen.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Ricky P Gozali mengatakan, tekanan inflasi global terus meningkat. Berbagai negara meresponsnya dengan kebijakan moneter yang lebih agresif. Lebih lanjut, tekanan inflasi global turut berdampak pada kenaikan inflasi di nasional dan berdampak ke Kaltim sebagai wilayah dengan kecenderungan konsumsi.
“Kenaikan tersebut utamanya dipengaruhi oleh kelompok volatile food yang meningkat akibat kenaikan harga pangan global dan terganggunya pasokan akibat cuaca,” tuturnya, Kamis (6/10).
Ke depan, tekanan inflasi diperkirakan masih akan meningkat yang didorong oleh kenaikan harga energi dan pangan global. Inflasi Kaltim tahun 2022 akan lebih tinggi dari target 3±1 persen. Tekanan inflasi juga berasal dari penyesuaian berbagai harga komoditas sejalan dengan rencana peningkatan tarif pajak pertambahan nilai (PPN). Tekanan inflasi juga turut didorong oleh kenaikan harga elpiji non-subsidi, kenaikan cukai rokok, dan rencana pengurangan subsidi listrik.
Lebih lanjut, kelompok transportasi diperkirakan mengalami inflasi dan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut didorong oleh mobilitas masyarakat terutama frekuensi angkutan udara yang terus membaik, di tengah prasyarat penerbangan yang lebih longgar.
Inflasi inti dan ekspektasi inflasi juga diperkirakan berisiko meningkat akibat kenaikan harga BBM nonsubsidi dan inflasi volatile food, serta semakin menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan.
“Berbagai perkembangan tersebut diperkirakan bisa mendorong inflasi pada 2022 dan 2023, berisiko melebihi batas atas sasaran 3,0±1 persen. Maka diperlukan sinergi kebijakan yang lebih kuat antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan Bank Indonesia untuk langkah-langkah pengendaliannya,” jelas dia.
Bank Indonesia terus memperkuat sinergi antara pusat dan daerah untuk menjaga stabilitas harga dan meningkatkan ketahanan pangan melalui rapat koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) serta akselerasi pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (Gernas PIP).
Namun, risiko inflasi yang lebih tinggi bisa tertahan melalui penyesuaian BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sejak akhir Agustus 2022, serta melalui berbagai inovasi dan kebijakan pengendalian inflasi di daerah.
Penguatan sinergi antara TPID dan TPID dengan para pemangku kepentingan terkait menjadi faktor kunci pengendalian inflasi, di tengah perekonomian yang kembali meningkat dan risiko geopolitik yang mendisrupsi pasokan pangan.
Program kerja TPID Kaltim dan kabupaten/kota tahun ini tetap mengacu 4K, yaitu keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, ketersediaan pasokan, dan komunikasi efektif sebagaimana yang telah dirumuskan dalam Peta Jalan Pengendalian Inflasi Daerah.
Ditemui terpisah, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim Yusniar Juliana mengatakan, bila melihat fenomena dengan adanya kebijakan kenaikan harga BBM pada September, menyebabkan pergerakan harga pada beberapa komoditas yang menyebabkan dorongan terjadinya inflasi.
Salah satunya yang paling terdampak adalah kenaikan komponen di sektor transportasi. Seiring semakin tingginya harga BBM, di tengah tingginya permintaan mobilitas dengan pesawat. Kelompok transportasi meningkat 8,12 persen. Peningkatan kelompok transportasi, berhasil mendorong inflasi lebih tinggi pada September. “Selain itu, kenaikan harga BBM juga berdampak pada kenaikan harga-harga komoditas lain,” jelasnya, Kamis (5/10).
Berdasarkan hasil pemantauan BPS, tercatat pada September 2022 gabungan dua kota indeks harga konsumen (IHK) di Kaltim mengalami inflasi sebesar 0,85 persen (month to month/mtm), atau terjadi perubahan IHK dari 110,23 pada Agustus 2022 menjadi 111,17 pada September 2022. Dengan tingkat inflasi tahun kalender 4,76 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 5,69 persen.
Tingginya inflasi pada September tentunya masih disebabkan naiknya harga BBM pada awal September. Berbeda dengan Agustus yang mengalami deflasi, seiring mulai pulihnya pasokan pada sentra produksi hortikultura di Jawa Timur sebagai pemasok Kaltim. Sejak Agustus, Jawa Timur memasuki musim panen yang berimbas pada penurunan harga beberapa produk hortikultura seperti cabai dan bawang merah. “Saat ini pemerintah terus melakukan intervensi pasar untuk menjaga harga komoditas Kaltim,” pungkasnya. (rom/k8)