BONTANG - Kepala Dinas Kesehatan Bontang drg Toetoek Pribadi meminta kasus DBD tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Sebab pencegahan DBD ini bisa dilakukan dengan cara lama, yakni 3M plus. Menutup tempat penampungan air, menguras tempat penampungan air, dan mengubur barang bekas. Kemudian tentu setiap orang juga harus menghindari gigitan nyamuk dengan memasang kelambu dan membakar obat nyamuk.
Langkah ini dianggap lebih mujarab ketimbang pemerintah melakukan fogging alias pengasapan di rumah penduduk. Dinkes Bontang saat ini lebih menggencarkan kegiatan edukasi kepada publik terkait kesadaran akan bahaya DBD. Yaitu dengan lebih mengedepankan gaya hidup sehat yang dimulai dari lingkungan tempat tinggal.
Pasalnya, bila mengharapkan fogging maka selain beban anggaran kepada pemerintah, masyarakat yang juga dapat mengajukan secara mandiri akan menguras isi kantong. “Karena pakai pengasapan model seperti itu harus pakai pestisida. Selain beban anggaran, fogging juga bahaya untuk hewan ternak bila salah takaran,” tuturnya.
Toetoek juga menjelaskan saat ini Bontang dipilih menjadi pilot project atas percobaan metode baru dalam melenyapkan DBD, yakni Wolbachia Project. Dalam proyek itu, secara sederhana pemerintah bakal menyebar varian nyamuk Wolbachia. Nyamuk itu kemudian akan kawin silang dengan nyamuk Aedes aegepty yang menyebarkan DBD.
Bila berhasil, virus nyamuk DBD akan lumpuh dan tidak menyebarkan demam berdarah lagi. Tetapi untuk memantapkan program ini, Dinkes Bontang berencana melakukan studi banding ke Yogyakarta. Jika ini berhasil, ia memastikan pola penanganan akan berbeda. Sudah tidak mengandalkan fogging dan menabur abate. (adv kominfo)