LOS ANGELES – Memerankan mata-mata Inggris James Bond merupakan prestise bagi seorang aktor. Meski demikian, produser Bond Barbara Broccoli dan Michael G. Wilson mengakui, tak banyak aktor yang mau mendapat peran tersebut. Dalam wawancara dengan Variety akhir Agustus lalu, mereka menyatakan paham dengan alasan Idris Elba menolak peran Bond.
Saat diwawancarai beberapa bulan lalu, aktor 50 tahun itu menjelaskan, dirinya tidak bisa melihat sosok Bond saat becermin. Namun, Broccoli dan Wilson menilai pertimbangan utama Elba bukan tentang penampilan. ’’Dia luar biasa. Kami cinta Idris. Masalahnya, peran ini menuntut komitmen jangka panjang,’’ tegas Broccoli.
Wilson melanjutkan, ketika seseorang terpilih memerankan Bond, dia harus siap dengan komitmen selama 10–12 tahun. ’’Jadi, mungkin saja Idris berpikir, ’Apakah aku benar-benar menginginkan peran ini?’. Tidak banyak aktor mau dapat peran ini,’’ ungkapnya. Dia mengaku kesulitan saat harus ’’mengikat’’ Daniel Craig nyaris dua dekade lalu. Padahal, sang aktor kala itu masih ada di awal usia 30-an.
Kedua produser yang juga pemilik EON Productions menuturkan, banyak aktor muda yang tertarik mendapat tawaran peran mata-mata 007 itu. Namun, mereka tidak siap menjalankannya dalam jangka panjang. Kesulitan lainnya, mereka harus cermat merencanakan produksi. ’’Kami berinvestasi sangat besar tiap kali memperkenalkan Bond baru atau membuat film Bond baru,’’ papar Wilson.
Beratnya tuntutan peran pun beberapa kali diungkap Craig, pemeran utama di lima instalasi terakhir James Bond. Dia mengaku sempat hampir mundur.
Broccoli pun mengingat ucapan Pierce Brosnan, pemeran James Bond di tiga film. ’’Dia bilang, ’Lebih banyak orang yang menjelajah bulan ketimbang yang memerankan James Bond’. Ya, sejak film pertama pada 1962, baru ada enam aktor yang didapuk untuk tokoh itu,’’ ujarnya.
Broccoli dan Wilson menambahkan, tantangan baru lainnya ialah ’’merevolusi’’ peran dan cerita Bond. Terutama dengan munculnya gerakan kesetaraan perempuan.
Di film Bond versi Craig, Broccoli –yang merupakan salah satu advokat gerakan Time’s Up di Inggris– berusaha memanusiakan tokoh perempuan. Dia juga merombak sosok Bond –yang dulu dikenal womanizer– menjadi tokoh yang memiliki emosi. Dia berjanji akan mempertahankan semangat itu di rilisan Bond selanjutnya. ’’Ini adalah evolusi. Bond berubah seiring manusia berubah, tinggal siapa yang lebih cepat,’’ ucapnya. (fam/c18/ayi)