Ular bagi sebagian besar orang dianggap sebagai hewan melata yang berbahaya. Tapi tidak bagi Muhammad Idris. Pria 24 tahun itu justru menyalurkan hobinya dengan memelihara ular piton.
MUKHAMAD ROSYIDI, Pasuruan
AKTIVITAS yang awalnya sekadar hobi, kini menjadi ladang rezeki bagi Muhammad Idris. Dari hobinya beternak ular piton, Idris bisa mendapat uang sampai Rp 80 juta dalam setahun.
Warga Dusun Serambi, Desa Winongan Kidul, Kabupaten Pasuruan, itu memang tertarik pada ular piton sejak kecil. Ular yang tak berbisa itu memiliki keunikan tersendiri baginya. Karena itu, pada 2019, dia lantas bertekad untuk melakukan budi daya alias beternak piton.
Yang membuat bergidik, cara Idris beternak tak biasa. Dia beternak hewan melata itu di kamarnya. Kandang dibuat dari kotak berbahan mika yang transparan. Kemudian diberi serbuk untuk alasnya.
“Awalnya hanya dua atau sepasang. Kemudian bertelur dan jadi banyak,” kata pria yang masih membujang itu seperti dikutip Radar Bromo.
Kandang-kandang itu dia letakkan di pojok kamarnya yang berukuran 4x3 meter. Di sana, tertata rapi kotak mika dan sebuah akuarium. Di tiap kotak mika ada satu ular. Ada yang berwarna cokelat, hitam, dan kuning. Idris membudidayakan dua jenis ular piton. Yaitu, ball piton dan boa piton.
Saat ini, Idris punya tujuh indukan. Satu induk bisa bertelur delapan butir per tahun. Beberapa ular diambil dari kandangnya, kemudian dibersihkan. Tak sedikit pun tergambar geli, jijik, atau takut di wajahnya.
Ular-ular itu juga terlihat jinak, tak ganas. Hanya melingkar seperti bola. “Iya begini ini. Ular memang melingkar begini. Aman kok,” katanya.
Menurutnya, dia terpaksa membudidayakan ular piton di dalam kamarnya. Sebab, tak ada tempat lain. “Tidak ada tempat lagi. Akhirnya kamar tidur ini saya jadikan kandang ular. Sudah tiga tahun ini saya ternak ular,” tutur pria yang sehari-hari juga berdagang gorengan.
Proses memelihara ular pun tidak gampang. Dibutuhkan ketelatenan, juga harus paham tentang cara memperlakukan ular. Idris belajar beternak ular tanpa guru alias autodidak. Karena itu, apa yang dilakukannya tak berjalan mulus terus.
“Saya belajar sendiri. Awalnya gagal, tapi sekarang sudah bisa,” terangnya seraya tersenyum.
Idris awalnya juga tak berniat menjual ular tetasan hasil ternaknya itu sebenarnya. Tapi, karena jumlahnya semakin banyak, akhirnya dia pun berpikir untuk mengurangi jumlahnya. Caranya dengan menjual ular-ular itu.
Idris lantas mem-posting ular-ular yang baru menetas. Tak disangka, ternyata respons yang didapat di luar dugaan. Memang, ular yang baru menetas jauh lebih disukai di pasaran dibanding ular indukan.
Satu ular yang baru menetas dia jual paling murah Rp 2 juta. Bergantung corak dan genetik hewan melata itu. “Yang pasti, motif pertama. Kemudian, gen ularnya. Kan setiap ular tidak sama ya,” tandasnya.
Tiga tahun berbisnis ular, dia sudah mengirim ularnya ke hampir semua daerah di Indonesia. Di antaranya dikirim ke Sumatra, Jakarta, dan Kalimantan. “Setahun kurang lebih saya bisa mendapatkan uang sekitar Rp 80 juta dari hasil ternak ini,” terangnya. (jpg/kri/k8)