TANJUNG REDEB – Ada kenaikan harga tandan buah segar (TBS) sawit di Berau sebesar Rp 200 dari harga sebelumnya, terhitung 31 Agustus lalu. Kenaikan ini dipengaruhi oleh harga jual TBS dan kernel yang semakin membaik. Selain itu, biaya produksi dan transportasi yang juga ikut naik.
“Kita tidak bisa prediksi, apakah akan kembali naik atau malah turun. Karena ditentukan harga CPO. Penentuan harga sendiri dievaluasi per 15 hari,” terang Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Berau Lita Handini.
Lita menjelaskan, saat ini harga TBS sawit untuk usia 3 tahun menyentuh harga Rp 1.711,58 per kilogram. Kemudian untuk usia 4 tahun mencapai Rp 1.828,69. Usia 5 tahun, yakni Rp 1.836,76, usia 6 tahun sebesar 1.855.81. Lalu usia 7 tahun Rp 1.866.52, untuk usia 8 tahun harganya Rp 1.880,89, dan usia 9 tahun, yakni Rp 1.918,12. Sedangkan sawit di atas 10 tahun, yakni Rp 1.940,85 ribu per kilogram. “Kita tentu berharap harga pasar terus terbuka dan naik,” katanya.
Tentu para petani mulai senang, walau kenaikan tersebut tidak seimbang dengan naiknya BBM bersubsidi yang membuat sejumlah kebutuhan naik. Ikhsan, salah seorang pengepul mengatakan, memang ada kenaikan harga Rp 200. Namun, di satu sisi juga kenaikan BBM ini berpengaruh pada pendapatan masyarakat. “Senang para petani sawit. Tapi, di satu sisi juga mereka harus mengeluarkan uang lebih untuk kebutuhan pokok,” katanya.
Dikatakannya, petani tetap berharap agar harga tetap naik agar dapat mengimbangi harga BBM jenis solar yang naik saat ini untuk para operasional kendaraan. Menurutnya, harga BBM saat ini membuat sejumlah rekan pengepul cukup bingung untuk menentukan harga kelapa sawit yang ia beli dari para petani.
"Pengepul sawit bingung harga mau dikurangi tapi banyak yang tidak kompak ada yang naik ada yang tidak. Padahal minyak mahal, susah juga dapatnya," pungkasnya. (hmd/ind/k15)