Keluarga baru tahu bahwa Meita dipercaya membawa baki bendera kemarin (17/8) pagi. Berprestasi dan aktif berkegiatan sejak kecil, dia menunda partisipasi di olimpiade sains agar bisa fokus ke Paskibraka.
AIRIKA KHOIRIYA, Kudus
SUDAH beberapa hari ini Sonah tak bisa tidur, juga tak nafsu makan. Bukan karena sedang diganggu penyakit. Nenek 65 tahun itu deg-degan memikirkan sang cucu, I Dewa Ayu Firsty Meita.
Meita, demikian remaja 16 tahun itu biasa dipanggil di rumah, tengah mengemban amanah besar di Jakarta. Pelajar SMAN 2 Kudus, Jawa Tengah, tersebut menjadi bagian dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang bertugas di upacara peringatan kemerdekaan di Istana Merdeka.
Karena itu pula, pagi-pagi kemarin Sonah sudah bersiap di depan televisi. Campuran antara kegelisahan dan kebanggaannya masih terasa.
’’Wah masih kirab, upacaranya belum dimulai ya,” kata Sonah sambil menatap televisi dengan ditemani Jawa Pos Radar Kudus yang bertandang ke kediamannya di Desa Garung Lor, Kaliwungu, Kudus.
Jarum jam memang masih menunjukkan pukul 08.40. Belum giliran Paskibraka bertugas. Tapi, mata Sonah tak bisa lepas dari televisi. Meita merupakan anak tunggal pasangan I Dewa Gede Sri Pujono Dramayudo-Jumiati. ’’Ayah Meita itu asli dari Bali, sedangkan ibunya memang asli dari Kudus,” terang Sonah yang merupakan nenek Meita dari pihak ibu.

I Dewa Ayu Firsty Meita (tengah).
Ayah-ibu Meita sudah berangkat ke Jakarta untuk mendampingi sang anak. Mereka mendapat undangan pada Senin (15/8) sekitar pukul 20.00 dan langsung meluncur menuju ibu kota dengan menggunakan mobil pribadi beberapa jam sesudahnya pada Selasa (16/8) dini hari.
’’Sejak saat itulah saya tak bisa tidur,” kata Sonah yang tinggal bersama anak, menantu, dan cucunya itu.
Firsty, demikian Meita biasa dipanggil di sekolah, seorang pelajar aktif dan berprestasi. Dia pengurus OSIS, berkiprah di Pramuka, serta berkegiatan pula di ekstrakurikuler pendidikan bela negara. ’’Sebenarnya tahun ini dia juga bakal mengikuti Olimpiade Sains Nasional bidang biologi, tapi ditunda tahun depan karena fokus Paskibraka terlebih dahulu,” ungkap Kepala SMAN 2 Kudus Nur Afifuddin kepada Jawa Pos Radar Kudus.
Sebelum berangkat ke Jakarta, Meita sempat menuturkan kepada Jawa Pos Radar Kudus bahwa sejak SD dirinya sangat tertarik tiap kali menonton upacara 17 Agustus di televisi. ’’Keren, barisan begitu rapi,” ucap remaja kelahiran 21 Mei 2006 tersebut.
Sejak saat itu, dia memiliki kemauan untuk menjadi anggota Paskibraka. ’’Saat masuk jenjang SMP, ketika menjadi anggota OSIS, saya juga sering mengikuti pelatihan peraturan baris-berbaris,” ujar lulusan SD 3 Purwosari dan SMPN 2 Kudus itu.
Begitu masuk jenjang SMA, dia mendapatkan dukungan penuh dari keluarga maupun teman untuk mewujudkan mimpinya tersebut. ’’Dari Paskibraka saya sekaligus dapat belajar disiplin, me-manage waktu, menambah ilmu, serta menambah nilai akademis juga,” ujarnya.
Jefry Angga Winata, sepupu Meita, yang belakangan juga bertandang ke kediaman sang nenek menambahkan, Meita sosok pemberani sejak kecil. Jefry pula yang menjadi saksi bagaimana disiplinnya sang sepupu itu mempersiapkan diri.
’’Saya yang biasa diminta mengambil video saat melakukan proses latihan fisik berupa push-up/lari. Entah itu di rumah maupun di luar rumah,” katanya.
Tak hanya latihan fisik, lanjut Jefry, Meita juga memperdalam pengetahuan tentang Pancasila dan menambah penguasaan bahasa Inggris. ’’Sejak kecil dia memang aktif. Saat TK dia sering mengikuti lomba drum band dan menjadi mayoret,” ujar pemuda 21 tahun yang juga tinggal di Desa Garung Lor tersebut.
Meita diketahuinya juga bercita-cita menjadi polisi wanita. Sebab, dari pihak keluarga ayah maupun ibunya, banyak yang menjadi personel Korps Bhayangkara. ’’Pakde dan omnya yang ada di Bali, Jakarta, juga Kudus, semua anggota polisi,” paparnya.
Tibalah waktunya Paskibraka bertugas. Konsentrasi Sonah, Jefry, dan beberapa anggota keluarga lain yang bergabung nonton tercurah sepenuhnya ke televisi. Ketika kamera menyorot sang gadis pembawa baki bendera, para anggota keluarga yang berbangga itu berteriak girang. Mereka bergantian mengabadikan detik-detik ketika Meita menaiki tangga menuju podium yang ditempati Presiden Joko Widodo.
Beberapa kilometer dari Desa Garung Lor, sejumlah guru SMAN 2 Kudus yang nonton bareng di kompleks sekolah juga tak kuasa menahan air mata haru. ’’Bisa maju ke nasional itu saja kami sangat bersyukur, apalagi saat tahu Firsty mendapat bagian sebagai pembawa baki, itu sangatlah surprise sekali bagi kami,” tutur Nur Afifuddin.
Keluarga juga baru mendengar kabar bahwa Meita mendapat kepercayaan membawa baki bendera kemarin pagi. ’’Dan, ternyata benar, itu betul-betul membanggakan kami,” kata Jefry.
Sonah tentu tak terkatakan lagi kebanggaan dan keharuannya. Deg-degannya telah berakhir. Dan, nafsu makannya mungkin telah kembali pula. (*/ark/c7/ttg)