SAMARINDA - Meski arus ekspor crude palm oil (CPO) disebut sudah meningkat, namun belum bisa mendongkrak harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani. Pada 1-15 Juli 2022, harga TBS kelapa sawit tercatat sebesar Rp 1.628 per kilogram. Angka ini kembali menurun dibandingkan 15-31 Juli mencapai Rp 1.769 per kilogram.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Kaltim Muhammad Sjah Djafar mengatakan, ekspor CPO saat ini sudah meningkat 3,4 kali lebih tinggi dibandingkan saat larangan ekspor pada April dan Mei 2022. Meski peningkatan tersebut baru terjadi beberapa bulan setelah pencabutan larangan ekspor pada 23 Mei 2022.
“Kami akui, walau sudah dicabut sejak 23 Mei 2022, hambatan ekspor memang masih dirasakan oleh pelaku usaha hingga saat ini,” ungkapnya, Senin (15/8). Namun sudah ada peningkatan lebih baik, yang baru dirasakan mulai Juni. Ekspor Juni naik mencapai 2.334 ribu ton atau 3,4 kali lebih tinggi dari ekspor Mei sebesar 678 ribu ton.
Saat larangan ekspor, banyak orang memberhentikan kapal pengiriman. Begitu disuruh ekspor kembali, tidak bisa langsung kirim lagi. Sebab, kapal yang sempat diberhentikan tadi sedang antrean, dipakai yang lain juga. Jadi harus menunggu, tidak bisa langsung kirim saat keran ekspor dibuka. Hal ini yang membuat ekspor baru ada peningkatan pada Juni.
“Di tengah mulai meningkatkan ekspor, produksi juga masih terus tumbuh. Sehingga, sulit terjadinya peningkatan harga,” jelasnya.
Produksi CPO bulan Juni mengalami kenaikan sekitar 6 persen, menjadi 3.297 ribu ton sedangkan untuk palm kernel oil (PKO) naik menjadi 322 ribu ton. Kenaikan produksi CPO sejalan dengan produksi TBS kebun yang sebenarnya sedang naik, tetapi TBS diolah di PKS (pabrik kelapa sawit) belum 100 persen karena tingkat keterisian tangki PKS masih tinggi.
Masih tingginya stok membuat harga CPO masih sulit naik. Di tengah demand yang masih rendah saat supply berlebih harga masih menurun. Situasi harga ini mengindikasikan bahwa ekspor Juni belum signifikan mengurangi tingginya stok di dalam negeri, sehingga belum mampu mendorong kenaikan harga dalam negeri.
“Sehingga masih menurunnya harga TBS di tengah ekspor yang meningkat, disebabkan masih tingginya stok di tangki-tangki PKS, saat masih banyaknya produksi TBS,” pungkasnya. (ndu/k15)
Catur Maiyulinda
@caturmaiyulinda