PENAJAM - Dugaan pencabulan dilakukan oknum pedagang mainan pada puluhan murid sekolah dasar (SD) di Kelurahan Waru, Kecamatan Waru, Penajam Paser Utara (PPU), yang diperkirakan terjadi sudah lama. Menurut Tri Daya, kepala SD tempat puluhan murid alami perlakuan tak senonoh itu, saat dihubungi media ini, , ada pengakuan muridnya yang menerima perlakuan tak pantas itu sejak kelas 3 SD. “Sekarang ini anaknya itu sudah kelas 6 SD,” kata Tri Daya.
Ia mengatakan, dalam rapat dihadiri orangtua/wali murid di sekolah membahas persoalan tersebut, Rabu (10/8), terungkap jumlah murid yang jadi korban memang banyak. Namun, angka tepatnya yang benar-benar mendapatkan perlakuan dugaan pencabulan, Tri Daya mengaku belum mengetahui. Ia beralasan saat rapat yang dihadiri aparat keamanan itu ia datang saat rapat berlangsung. “Dalam rapat itu, ada yang mengaku hanya dipijit-pijit di pundaknya saja. Nah, ada tujuh murid yang jadi korban mendekati pencabulan. Ketujuh anak ini yang orangtuanya melaporkan ke Polres PPU,” kata Tri Daya.
Ketua Aliansi Pemuda PPU Eko Cahyo Riswanto yang rumahnya tak jauh dari sekolah tersebut, kemarin, melakukan investigasi. “Menurut beberapa korban, mereka mendapat perlakuan bervariasi ada yang dipeluk, dipegang-pegang. Dan ini rata-rata terjadi pada murid kelas 2 dan 3. Menurut informasi, diduga pelaku bukan hanya beraksi di sekolah, tapi juga di TPA, dan lebih dari 60 orang wali murid yang mengeluhkan aksi bejat pelaku,” kata Eko Cahyo Riswanto. Ia mendorong agar persoalan ini diusut tuntas polisi karena dampaknya buruk bagi kondisi psikologi anak. Kepada sekolah, ia imbau agar memberlakukan aturan ketat, agar peristiwa ini tak terjadi untuk kali kedua.
Kepala Seksi Data Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) PPU Achmad Fitriady saat bertemu media ini di Kantor Bupati PPU, , mengaku turut memberi asistensi terhadap persoalan tersebut. Ia membenarkan saat ini ada tujuh anak SD melalui orangtuanya masing-masing yang telah melaporkan kepada pihak berwajib. “Informasinya jumlah yang diduga jadi korbannya banyak. Tapi, baru tujuh anak yang melapor,” kata Achmad Fitriady.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) PPU Alimuddin, kemarin, mengatakan telah menerima laporan tertulis dari Tri Daya. Ia meminta agar persoalan ini diusut tuntas, dan dari laporan yang ia terima menyebutkan bahwa perbuatan asusila oleh oknum pedagang mainan alias lelek mainan itu sudah lama, dengan korban yang disebutnya sangat banyak. Ia mengimbau kepada orangtua agar lebih memerhatikan dan mengawasi anak-anaknya dalam pergaulan di sekolah maupun luar sekolah. “Lalu, pihak sekolah agar lebih peka, dan saya minta tidak ada lagi penjual yang ada depan sekolah karena itu melanggar arus lalu lintas. Aktifkan saja kantin sekolah,” kata Alimuddin.
Sebelumnya, Kapolres PPU Hendrik Eka Bahalwan saat dihubungi melalui Kapolsek Waru Muklas Harianto membenarkan peristiwa tersebut. Saat ini penanganannya diambil alih Polres PPU, menyusul di Polsek Waru tidak terdapat Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA). Kapolsek Muklas Harianto menyebut jumlah korban lebih dari sepuluh anak. Ia mengungkapkan ada korban lain di luar sekolah tersebut. (far/k16)
ARI ARIEF
[email protected]