Menyusuri jalanan menggunakan sepeda lowrider, tentu memiliki cerita tersendiri. Banyak hal yang bisa dibagikan ke orang lain.
RAMAI di era 60-70-an, sepeda lowrider konon muncul di Amerika Serikat. Lowrider identik dengan mengendarai kendaraan rendah.
“Memang dulu itu trennya lebih ke mobil. Kan banyak tuh yang gaya-gaya ceper, pokoknya beda deh dari yang lain,” ungkap Budi, salah satu pehobi sepeda lowrider di Samarinda. Bukan hanya pedal sepeda dibuat dekat jalanan, sepeda lain didandani agar bisa tampil lebih menarik. Seperti penambahan spion dan klakson unik. Sepeda lowrider ada bermacam-macam. Namun, yang menjadi primadona adalah jenis klasik karena tampilannya mewah dan sedap dipandang. “Justru asyik banget mainan sepeda lowrider. Memang butuh effort yang luar biasa sih untuk mengendarai, tapi enggak jauh beda dengan sepeda lain pada umumnya,” ungkap Budi, satu di antara sekian banyak pencinta sepeda lowrider di Kota Tepian. “Kalau di jalan seperti jadi spotlight aja. Apalagi pas di traffic light gitu,” sambungnya.
Bentuk unik sepeda lowrider itu meluas ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Menurut laki-laki yang biasa dipanggil Peppy, sepeda lowrider masuk dan berkembang di Indonesia medio 2006. Namun, di Bumi Etam, sepeda ceper tersebut tren sekitar 2008. “Dulu masih jadi pajangan aja tuh. Jadi penghias etalase di toko baju,” imbuhnya. Pria berperawakan gempal itu bahkan menggunakan sepeda lowrider-nya bukan sekadar jadi ajang gaya-gayaan. “Pernah nyoba rute tuh, dari Samarinda ke Tenggarong, terus balik lagi. Buat saya enggak masalah jalan jauh, karena lebih senang menikmati perjalanannya,” jelas pria yang juga penyuka vespa klasik tersebut.
Laiknya kendaraan modifikasi lainnya, sepeda lowrider tidak bisa didapat dengan bentuk utuh dari produsen sepeda. Butuh waktu untuk membangun hingga mengaspal. Di Samarinda cukup sulit mendapat spare part sepeda lowrider. Jika ada, harganya terlampau jauh dengan harga normal. Menurutnya, membangun satu sepeda jenis lowrider tidak butuh waktu lama.
“Enggak lama. Tergantung juga sama orang yang ingin bangun sepeda. Kalau bujetnya ada, terus bahannya lengkap, berapa hari juga sudah jadi. Soal bujet juga enggak mahal, karena bangun sepeda lowrider bagi saya seperti nyeni (Seni). Menikmati setiap prosesnya,” kuncinya. (dra/k16)