BEBERAPA harga bahan pokok di Kota Tepian belum juga stabil. Beberapa komoditas masih cukup tinggi. Sebab, keberadaannya masih relatif langka di pasar tradisional. Hal itu lantaran pasokan barang dari luar Kaltim masih minim. Ketika barang sedikit dan permintaan tinggi, harganya bakal melambung.
Penjabat Fungsional Pengawasan Perdagangan Dinas Perdagangan (Disdag) Samarinda Heny Kartika Handayani menerangkan, faktor cuaca jadi salah satu alasan bahan pokok sulit masuk ke Kota Tepian. Selain karena masalah pengiriman, keberadaan barangnya juga tidak banyak karena musim hujan. "Ladangnya terendam banjir. Jadi berpotensi bisa gagal panen," katanya.
Seperti bawang merah, lanjut Heny, pasokan ke Samarinda mayoritas dari Jawa dan Sulawesi. Hasil panen saat ini diklaim tidak optimal. Imbasnya, barang yang dikirim tidak banyak, dan pasokan ke ibu kota Kaltim pun terbilang kurang. "Sempat harga bawang merah mencapai Rp 70 ribu per kilogram. Saat ini masih sekitar Rp 55–60 ribu," sambungnya.
Biasanya untuk harga bawang merah di pasar tradisional hanya berkisar Rp 25–30 ribu per kilogram. Saat ini naik dua kali lipat lantaran pasokannya yang minim. Termasuk cabai, pemasoknya ke Samarinda biasanya dari tiga provinsi. Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan Selatan. "Pasokannya juga kurang," lanjutnya.
Cuaca yang sedang musim hujan, lanjut Heny, membuat tanaman terpengaruh. Karena rentan terhadap serangan hama. Untuk cabai merah besar di pasar tradisional saat ini harganya berkisar Rp 60–70 ribu per kilogram. Cabai keriting dan cabai biasa antara Rp 55–60 ribu. "Sementara untuk cabai keriting Rp 80 ribu per kilogram," pungkasnya. (dra/k8)
ASEP SAIFI ARIFIAN
@asepsaifi