JAKARTA- Apresiasi atas ketegasan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo membanjir. Pengamat Kepolisian hingga Kompolnas memberikan acungan jempolnya atas transparansi yang ditunjukkan Kapolri dalam kasus penembakan Brigadir Yosua.
Pengamat Kepolisian Bambang Rukminto memberikan apresiasi dan dukungannya terhadap ketegasan Kapolri. Menurutnya, kehebohan kasus ini memunculkan asumsi yang sangat liar. Hal itu mincul dari ketidakprofesionalan dan integritas personil. “Langkah Kapolri memeriksa 25 personil harus diapresiasi,” paparnya.
Kapolri bisa menjadikan momentum ini untuk membenahi internal kepolisian. Bukan hanya menetapkan tersangka ke pelaku, tapi juga membenahi prilaku anggota dan mengevaluasi peraturan-peraturan yang tidak detil. “Ini bisa menjadi momentum perbaikan Polri,” ujarnya.
Sementara Komisioner Kompolnas Porngky Indarti memberikan acungan jempolnya atas ketegasan Kapolri. Menurutnya, tidka hanya proses kode etik, namun juga bisa dipidana, bahkan langsung dimutasi. “Ini ketegasan harus diapresiasi,” tuturnya.
Terjadinya dugaan menghalangi proses hukum oleh oknum yang selama ini mencoreng profesionalitas dan integritas Polri. Namun, dengan ketegasan ini akan mengembalikan nama baik Polri. “Kompolnas optimis ketegasa Kapolri memperlancar proses penyidikan kasus ini,” tuturnya kepada Jawa Pos.
Kompolnas memastikan akan mengawal kasus penembakan Brigadir Yosua hingga tuntas. Serta, memastikan Polri profesional dan berintegritas.”kami kawal semuanya,” jelasnya.
Sementara kemarin Kadivpropam Nonaktif Irjen Ferdy Sambo mendatangi Bareskrim untuk memberikan keterangan soal kasus Brigadir Yosua. Yang menarik adalah Irjen Sambo masih mengenakan seragamnya sebagai Kadivpropam. Kuasa Hukum Keluarga Brigadir Yosua Kamaruddin Simanjuntak mengatakan, kedatangan Sambo dengan seragam lengkapnya itu kurang pas. Karena akan membuat kondisi pemeriksaan menjadi aneh. “Yang menyidik brigadir, yang diperiksa jenderal bintang dua,” paparnya.
Dia mengatakan, seharusnya Sambo menggunakan baju sipil saat diperiksa. Serta, tidak diantar dengan ajudan-ajudannya. “Ini kan bikin penyidiknya gemetaran,” ujarnya.
Apalagi, diketahui Sambo masih menggunakan seragam dengan tanda bintang dua dengan garis merah. Padahal, diketahui bahwa list atau garis merah itu merupakan tanda kewenangan, baik untuk komandan yang memiliki anak budah bidang operasional dan komandan yang memiliki wilayah. Padahal, Sambo sudah nonaktif dari Kadivpropam.
Bambang Rukminto menambahkan bahwa kondisi datangnya Sambo menggunakan seragam lengkap dengan tanda merah itu membuat masalah psikologi hirarki. Padahal, Menkopolhukam Mahfud M.D menginstruksikan pemeriksaan dengan tegas. “Jadi problem ini,” jelasnya.
Begitu juga dengan Nomenklatur Inspektorat Khusus (Irsus). Dia mengatakan bahwa kemungkinan Irsus ini muncul karena kasus yang diduga melibatkan Irjen Sambo sebagai Kadivpropam. “Mulai kapan Irsus ini muncul, dasarnya, dan tugas fungsinya bagaimana,” paparnya. (idr)