BALIKPAPAN–Pemindahan ibu kota negara (IKN) juga direspons sektor pelabuhan di Kaltim. Seperti PT Kaltim Kariangau Terminal (KKT) yang mengoperasikan Terminal Peti Kemas (TPK) Kariangau di Balikpapan. Menambah fasilitas jadi prioritas.
Direktur Utama PT KKT Abdul Azis mengatakan, pemindahan IKN ke Benua Etam benar-benar disambut baik oleh pihaknya. Terlebih itu juga akan berdampak pada kesibukan pelabuhan yang mereka operatori. “Saat ini kami sudah memiliki tiga container crane. Saya rasa ini mampu melayani segala keperluan terkait pemindahan IKN,” ucapnya saat ditemui Kaltim Post di kantornya kemarin (4/8).
Menurut dia, TPK Kariangau mampu melayani sebanyak 400 ribu twenty-foot equivalent unit (TEUs) per tahun. Dari jumlah kapasitas itu, saat ini pihaknya baru melayani 200 ribu TEUs. “Artinya bila nanti ada IKN, kami sudah siap menampung logistik. Kapasitas yang belum terpakai masih ada separuh. Saya rasa kapasitas yang masih aman hingga 3–5 tahun ke depan,” bebernya.
Dia menilai, aktivitas peti kemas di Balikpapan akan terus tumbuh. Itu juga dilihat dari aktivitas bongkar muat peti kemas tahun ini di TPK Kariangau mengalami peningkatan sekitar 10 persen dari tahun lalu.
Selain logistik pembangunan IKN, kata dia, proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) milik Pertamina di Balikpapan juga berkontribusi besar terhadap aktivitas bongkar muat peti kemas di TPK Kariangau.
Selain itu, ucap Azis, keberadaan Jembatan Pulau Balang dinilai akan berdampak ke TPK Kariangau. Mengingat akses pendekatnya akan terhubung dengan pelabuhan tersebut. “Jadi arus barang dari dan ke IKN nantinya bisa melalui TPK Kariangau. Sekarang jalan pendekatnya lagi proses pembangunan,” beber dia.
Dia menyebut, potensi lain yang tengah dirintis dan sudah berjalan adalah sektor batu bara. Pihaknya sudah mengoperasikan terminal curah batu bara. Artinya, TPK Kariangau sudah multipurpose. Tak hanya melayani peti kemas, tapi juga dalam bentuk curah. “Produksi batu bara di Kaltim kan kami nilai potensi. Jadi kami juga ikut berperan membangun dermaganya,” sebut dia.
Direktur Operasional dan Teknik PT KKT Sofyan menambahkan, meski bongkar muat peti kemas mengalami kenaikan 10 persen dari tahun lalu, namun untuk transshipment barang yang kini tak ada lagi. Penyebabnya, kini sulit mencari kapal besar. Sehingga banyak barang langsung dikirim ke daerah tujuan, namun menggunakan kapal yang relatif kecil.
Menurut dia, imbas pandemi Covid-19, banyak kapal yang disewa oleh perusahaan-perusahaan besar di luar negeri. Selain itu, banyak kapal besar dari luar negeri enggan ke Indonesia. “Jadi, yang biasanya ada barang dari Surabaya hendak dibawa ke Palu transshipment-nya di Balikpapan, sekarang langsung ke Palu,” tuturnya.
Sofyan menjelaskan, keperluan pokok masih mendominasi pengiriman barang dari luar daerah. Sementara pengiriman dari Balikpapan ke luar daerah, yang mendominasi adalah batu bara. (rom/k8)