SALAH satu bapak pembangunan Balikpapan, Imdaad Hamid tutup usia. Wali kota Balikpapan dua periode yakni 2001–2006 dan 2006–2011 itu mengembuskan napas terakhirnya di Jakarta. Kabar duka itu diterima pukul 00.30 WIB, Rabu (3/8).
Setelah berita duka beredar, pelayat mulai berdatangan ke kediaman almarhum di Jalan Wiluyo Puspoyudo, Nomor 1, Balikpapan Kota. Anak pertama Imdaad, Muhammad Dhimyatie Reza, bercerita kepada media tentang kronologi kepergian sang ayah. Sesungguhnya Imdaad tidak menderita sakit apapun.
“Kondisinya sehat walafiat. Tidak dirawat di rumah sakit. Penyakitnya hanya penyakit lama yaitu parkinson,” katanya. Dia menegaskan tidak ada riwayat jantung maupun penyakit lainnya. Imdaad mengembuskan napas terakhirnya dalam keadaan tidur di rumah.
“Tidak ada gejala dan kami mengetahuinya itu setelah mengecek ternyata jantungnya melemah,” ucapnya. Untuk diketahui, Imdaad selama ini berada di Jakarta dan tinggal bersama ketiga anaknya. Tepatnya dua tahun setelah kepergian sang istri, Aji Syarifah Fauzan Azimah Hanum, meninggal dunia.
“Tinggal sama adik saya sudah sekitar enam tahun di sana (Jakarta),” tuturnya. Reza bercerita, dia pun mendapat kabar melalui sambungan telepon. Berdasarkan penuturan adik, dokter menyatakan kondisi beliau sudah tidak ada sejak tiba di RS Siloam. Keluarga mengaku tidak ada pesan khusus yang disampaikan almarhum sebelum wafat.
Reza terakhir kali bertemu sang ayah pada 10 Juli. Kala itu, dia ingin menjemput anaknya yang pulang perjalanan dari London. Sekaligus menyempatkan bertemu dengan Imdaad. “Saya mengucapkan ulang tahun ayah yang ke-78 tanggal 5 Juli,” imbuhnya.
Itu terakhir bertemu tatap muka langsung. Reza pun masih ingat, dia pamit dan meminta doa restu Imdaad karena ingin maju kembali dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024. Responsnya sangat baik. “Bapak mendoakan mudah-mudahan kamu berguna bagi bangsa Indonesia,” ucapnya sambil meniru pesan sang ayah.
Sementara itu, peti yang membawa jenazah Imdaad tiba di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan, Balikpapan sekitar pukul 14.30 Wita. Kemudian tiba di rumah duka pukul 15.30 Wita. Jenazah disemayamkan di rumah duka selama kurang lebih satu jam.
Pihak keluarga sempat melaksanakan salat Jenazah di rumah duka. Kemudian dilanjutkan pejabat dan tamu yang ingin melakukan salat Jenazah di Masjid Agung At Taqwa, sehabis asar. Hingga akhirnya diantar ke tempat peristirahatan terakhirnya di Taman Makam Pahlawan (TMP) Dharma Agung Balikpapan.
Proses penyerahan jenazah dilakukan oleh pihak keluarga kepada Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud. Pejabat lain yang turut hadir di rumah duka di antaranya Gubernur Kaltim Isran Noor, Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi, Wali Kota Balikpapan Periode 2011–2021 Rizal Effendi, dan pejabat di lingkungan Pemkot Balikpapan.
Dalam kesempatan tersebut, Isran mengungkapkan sosok dan jasa Imdaad yang begitu besar dalam perjalanan hidupnya. Tepatnya sedari Isran masih duduk di bangku SMA. Almarhum pernah memberinya uang saku saat bertugas sebagai kepala Biro Humas Sekretaris Daerah Kaltim tahun 1975.
Kebaikan itu terus berlanjut, Isran diberangkatkan oleh almarhum ke Prancis. Kebaikan almarhum itu menjadi kenangan di memori pikirannya. Isran merasa berutang budi besar kepada almarhum. “Beliau sangat berjasa kepada saya dan ternyata Allah berikan beliau kebahagiaan dan kesuksesan,” ungkapnya.
Terutama dalam hal melaksanakan tugasnya untuk keluarga dan masyarakat. Baik untuk Pemprov Kaltim dan Indonesia. Apalagi banyak prestasi yang Imdaad raih saat menjadi kepala daerah. “Semoga diterima di sisi-Nya. Semoga seluruh keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan iman, ketabahan, dan kesabaran,” tuturnya.
Kepergian Imdaad Hamid bukan hanya duka bagi warga Kota Minyak, melainkan Kaltim juga kehilangan sosok pemimpin sehebat dia. Itu yang disampaikan Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi. Baginya, sosok almarhum begitu berkesan dan berpengaruh.
Terutama karena secara intelektual, Imdaad memiliki ide-ide yang cerdas dan luar biasa. Sehingga membantu perkembangan daerah begitu besar. “Orangnya baik, ramah, bersahaja, dan jujur. Kita kehilangan tokoh yang inspiratif,” tuturnya. Menurutnya, Imdaad tak sekadar kepala daerah biasa.
Namun tokoh yang bisa membangun Balikpapan. Bahkan, Kota Minyak kini menjadi kebanggaan Kaltim dan Indonesia. “Karena Balikpapan berhasil masuk kota yang nyaman dihuni,” tuturnya. Salah satunya tentu kontribusi dan sentuhan pembangunan saat almarhum memimpin kota dua periode.
Peran Imdaad sangat signifikan membuat Balikpapan berkembang pesat seperti sekarang. Dia bersyukur, Kaltim pernah memiliki tokoh seperti Imdaad. Hadi berharap, semoga pada masa mendatang lahir juga pemimpin-pemimpin yang berkualitas. Baik di Balikpapan maupun Kaltim yang bisa meneruskan prestasi almarhum.
Hadi mengaku cukup lama tidak bertemu. Terutama setelah Imdaad kerap berada di Jakarta untuk menjalani perawatan medis. Padahal dia dan almarhum sebenarnya sangat dekat. “Secara garis keluarga, beliau masih paman saya. Karena sepupu jauh bapak saya,” sebutnya.
Atas nama pribadi dan mewakili Pemprov Kaltim, kami mengucapkan turut berduka. “Sekaligus terima kasih atas karya beliau yang luar biasa dan pencapaiannya kepada daerah,” ujarnya. Saat melayat di rumah duka, Wakil Ketua DPRD Balikpapan Budiono menuturkan, jasa almarhum begitu besar kepada pembangunan Kota Minyak.
Seperti mencetuskan konsep Madinatul Iman. Serta hal yang tidak kalah penting, Imdaad merupakan pemimpin yang konsisten menolak kegiatan tambang di Balikpapan. “Sehingga lahir perda (peraturan daerah) larangan tambang, salah satunya inisiasi beliau. Itu yang bisa dikenang dan warisan yang harus kita jaga,” sebutnya.
Sehingga pembangunan Balikpapan hingga kini tetap sembari menjaga lingkungan. Secara personal, Budiono menilai, Imdaad Hamid merupakan sosok yang santun dan ramah. Sebagai kepala daerah banyak memberikan contoh baik dan menginspirasi. Politikus PDI Perjuangan itu juga merasa memiliki kedekatan emosional dengan almarhum.
Mengingat PDI Perjuangan pernah mengusung Imdaad Hamid saat menjadi Wali Kota Balikpapan periode 2006–2011. Kala itu periode kedua kepemimpinannya. Budiono juga mengenal sosok Imdaad sebagai ketua PA Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Balikpapan.
Almarhum tak segan berbagi ide dan pemikiran kepada organisasi mahasiswa. “Jadi kami ada kedekatan emosional. Saya turut merasa kehilangan sosok panutan,” ucapnya. Sebagai informasi, Imdaad Hamid menjabat wali kota Balikpapan selama dua periode dari Juni 2001 hingga Mei 2011.
Periode pertama 2001–2006, Imdaad menjabat wali kota dengan Wakil Wali Kota Balikpapan Mukmin Faisyal. Kemudian periode kedua 2006–2011, Imdaad terpilih kembali menjadi wali kota berpasangan dengan Rizal Effendi sebagai wakilnya.
Selepas kepergian bapak pembangunan itu, Rizal mengusulkan nama Imdaad diangkat sebagai nama resmi Balikpapan Tennis Stadium atau Stadion Batakan. “Karena dua bangunan itu dibangun pada masa kepemimpinan beliau. Jasa beliau sangat besar,” pungkasnya. (rom/k8)
DINA ANGELINA
[email protected]