KUALA LUMPUR - Berkunjung ke Malaysia semakin mudah. Mulai besok berlaku aturan baru. Yaitu pelancong dari luar yang memasuki negeri jiran tersebut tidak perlu lagi mengisi kartu wisatawan yang ada di aplikasi MySejahtera.
’’Ini dilakukan untuk menyederhanakan prosedur masuk,’’ ujar Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluyddin seperti dikutip Channel News Asia.
Khairy menyatakan, pemerintah sudah mengambil pertimbangan matang untuk memutuskan hal tersebut. Utamanya terkait pandemi Covid-19. Menurutnya, sistem kesehatan di Malaysia dalam kondisi bagus dan level terkontrol.
Aplikasi MySejahtera dulu diperkenalkan sebagai salah satu tanggapan atas Covid-19. Ia dirancang untuk memfasilitasi upaya pelacakan kontak dan berguna sebagai paspor vaksin. Sebelumnya, para pelancong yang akan ke Malaysia wajib mengunduh, mengaktifkan dan mendaftar di aplikasi tersebut.
Di MySejahtera, mereka diharuskan menyatakan beberapa informasi seperti nomor paspor, kewarganegaraan, tujuan perjalanan, tempat dan tanggal keberangkatan hingga waktu kedatangan. Mereka juga diminta untuk melakukan verifikasi jenis vaksin Covid-19 dan jumlah dosisnya.
Meski kewajiban pendaftaran di MySejahtera sudah dihapuskan, tapi bukan berarti pemerintah lepas tangan. Menurut Khairy, otoritas akan meningkatkan pemantauan gejala kesehatan para pelancong. Jika mereka sampai terdeteksi panas atau tidak sehat, maka akan dirujuk untuk pemeriksaan ulang oleh tim dari Departemen Kesehatan.
’’Jika mereka diduga mengidap penyakit menular seperti Covid-19, cacar monyet atau MERS-CoV maka akan dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut,’’ terang Khairy.
Langkah yang diambil Malaysia ini diharapkan bisa kembali mendongkrak sektor wisata di negara tersebut. Sejak perbatasan internasional dibuka 1 April lalu, target kunjungan 2 juta wisatawan sudah terlampaui. Kini pemerintah Malaysia menetapkan target kedatangan 4,5 juta turis internasional sepanjang tahun ini. Diharapkan kunjungan itu mampu mendongkrak penerimaan dari wisatawan senilai MYR 1,1 miliar atau setara Rp 3,68 triliun.
Setali tiga uang, aktivitas di Bandara Changi Singapura juga melonjak. Selama Juni, ada 2,9 penumpang yang berangkat, transfer ataupun tiba di Bandara Changi. Changi Airport Group (CAG) kemarin (31/7) mengungkapkan bahwa total ada 18.400 pesawat yang tinggal landas dan mendarat. Itu setara 58,6 persen saat sebelum pandemi. Pada Juni 2019 sebelum Covid-19 muncul, aktivitas penumpang di bandara tersebut mencapai 5,8 juta orang dan ada 31.391 penerbangan.
Para pengamat memprediksi capaian semester kedua tahun ini akan lebih baik. Itu karena bakal lebih banyak orang yang melakukan perjalanan, meski laporan gelombang penularan baru ada di berbagai negara. Omicron yang cenderung memunculkan gejala ringan membuat banyak negara melonggarkan aturan.
Masing-masing maskapai, termasuk Singapore Airlines (SIA) kini sudah menambah kapasitasnya. Ini tentu saja memiliki dampak yang menguntungkan pada sektor pariwisata dan perekonomian secara keseluruhan.
Nasib yang tidak mengenakkan justru dialami Australia. Gelombang penularan di negeri Kangguru cukup parah. Total kematian akibat Covid-19. sudah hampir mencapai 12 ribu orang. Selama 3 hari terakhir, angka kematian harian rata-rata di atas 100 orang. Sedangkan kasus baru mencapai 24 ribu.
Tak cukup sampai di situ, dari 12 rumah sakit umum di negara tersebut, satu sudah penuh oleh pasien Covid-19. Meski begitu, jumlah pasien yang dirujuk ke ICU saat ini lebih rendah.
Menteri Kesehatan Federal Mark Butler mengungkapkan mengungkapkan bahwa rata-rata kasus per 7 hari mencapai 330 ribu. Namun jumlah sebenarnya di lapangan bisa dua kali lipatnya. ’’Ini adalah jumlah infeksi yang luar biasa dengan subvarian Omicron baru yang sangat menular,’’ ujar Butler pada acara Asosiasi Medis Australia. (sha/bay)