PYONGYANG - Korea Utara (Korut) menebar ancaman. Pemimpin tertinggi negara tersebut, Kim Jong-un, menegaskan bahwa Pyongyang siap memobilisasi senjata nuklirnya. Hal itu jika di masa depan terjadi pertempuran militer dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan (Korsel).
’’Angkatan bersenjata kami benar-benar siap untuk menanggapi setiap krisis,’’ tegas Jong-un Rabu (27/7) seperti dikutip Korean Central News Agency (KCNA). Ironisnya, pernyataan itu dibuat saat berpidato dalam acara peringatan ke-69 gencatan senjata perang Korea yang terjadi pada 1950-1953. Semenjak itu, kedua negara hingga kini belum menyepakati perjanjian damai.
Korut mungkin terbilang negara miskin jika dilihat dari pendapatan per kapita maupun kesejahteraan penduduknya. Namun untuk urusan militer, mereka patut diperhitungkan. Pyongyang kerap menguji coba senjata misil balistik yang memiliki kemampuan untuk membawa hulu ledak nuklir.
Sepanjang tahun ini Korut sudah memecahkan rekor, dengan melakukan uji coba sebanyak 31 kali. Rekor terbanyak sebelumnya hanya 25 kali pada 2019. Baik Korsel maupun AS sudah memperingatkan bahwa Korut kemungkinan akan menggelar uji nuklir yang ke-7.
Jika sampai itu terjadi maka AS akan merespon. Menteri Luar Negeri Korsel Park Jin bahkan menegaskan bahwa Korut akan mendapatkan sanksi lebih keras jika sampai menguji coba nuklirnya. Salah satunya adalah sanksi cyber yang mentarget para peretas dari Korut.
Tidak diketahui dengan pasti berapa banyak perangkat nuklir yang telah dirakit oleh Korut. Namun pada Januari 2021 lalu mereka diperkirakan memiliki sekitar 40-50 hulu ledak nuklir. Korsel di lain pihak tidak memiliki hulu ledak nuklir sama sekali. Namun sekutunya, AS, punya sekiter 5 ribu lebih. Itu setara dengan milik Rusia yang merupakan sekutu Korut.
Provokasi Korut itu terjadi setelah Korsel dan AS sepakat untuk meningkatkan latihan militer gabungannya. Pekan ini militer AS mengadakan latihan tembakan langsung menggunakan helikopter Apache canggih untuk pertama kalinya sejak 2019.
Tak hanya mengancam dengan senjata nuklir, Korut juga mengecam Presiden Korsel Yoon Suk-yeol. ’’Berbicara tentang aksi militer terhadap bangsa kita yang memiliki senjata mutlak paling mereka takuti (nuklir, Red) adalah tindakan tidak masuk akal dan sangat berbahaya untuk menghancurkan diri sendiri,’’ tegas Jong-un. Dia menyebut pemerintahan Yoon sebagai kelompok gangster.
Profesor Leif-Eric Easley dari Ewha University, Seoul menegaskan bahwa ancaman Korut tersebut hanyalah pembenar bagi rezimnya. Mereka fokus pada militer namun menderita secara ekonomi. Sudah bukan rahasia lagi jika banyak penduduk Korut yang hidup kekurangan.
’’Program nuklir dan rudal Korut melanggar hukum internasional, tetapi Kim Jong-un mencoba menggambarkan penumpukan senjatanya yang tidak stabil sebagai upaya yang benar untuk membela diri,’’ tegas Easley seperti dikutip Agence France-Presse. (sha/bay)