Oleh Bambang Iswanto
Dalam metode hisab (penghitungan) penanggalan kalender Hijriah, 1 Muharam 1444 H bertepatan dengan 30 Juli 2022. Dalam sistem penanggalan Hijriah, pergantian bulan dari Zulhijah ke Muharam menjadi penanda perubahan ke tahun baru.
Sistem penanggalan Hijriah datang belakangan jauh setelah penanggalan Masehi berjalan. Dasar penentuan keduanya berbeda. Sistem penanggalan Masehi dibuat berdasarkan revolusi bumi mengitari matahari. Sedangkan kalender Hijriah berdasarkan revolusi bulan mengelilingi bumi.
Dalam 1 tahun kalender Masehi terdapat 365 hari, kecuali pada tahun kabisat yang datang setiap 4 tahun sekali jumlah harinya 366. Sementara jumlah hari dalam setahun pada kalender Hijriah berjumlah 354 dan 355 hari.
Menarik untuk menilik latar belakang sejarah penanggalan Hijriah diadakan. Dulunya bangsa Arab belum memiliki kalender sendiri. Hal tersebut berlangsung bahkan setelah risalah Islam diturunkan di tanah Arab. Pemerintahan yang berjalan di bawah kepemimpinan Rasulullah sampai kekhalifahan Umar bin Khattab pun belum memiliki sistem penanggalan sendiri.
Sebelum ditemukan sistem penanggalan Hijriah, tahun-tahun yang berjalan hanya ditandai dengan momentum-momentum besar yang terjadi. Misalnya tahun kelahiran Rasulullah disebut dengan Tahun Gajah, karena tahun tersebut terjadi peristiwa besar penyerbuan Kakbah yang dipimpin oleh Abrahah dengan menggunakan pasukan gajah.
Ada pula sebutan tahun Fijar, disebabkan terjadi perang Fijar. Tahun renovasi Kakbah merupakan nama tahun yang pernah ada karena Kakbah pernah rusak karena banjir dan direnovasi pada tahun tersebut. Selain peristiwa besar tersebut, orang Arab dulu menamai tahun dengan peristiwa kematian tokoh dalam sebuah kabilah. Tahun kematian dijadikan patokan, seperti lima tahun pasca-kematian atau 1 tahun sebelum kematian Ka’ab bin Luai.
Masih banyak lagi nama yang dipakai untuk menamai tahun berdasarkan peristiwa lainnya seperti tahun izin, tahun perintah, dan tahun tamhish. Tahun izin ditandai dengan kaum muslim diizinkan Allah masuk Madinah. Tahun perintah karena tahun itu kaum muslim mendapat perintah memerangi musyrik, dan tahun tamhish adalah tahun di mana Allah mengampuni kesalahan sahabat pada perang Uhud.
Sampai akhirnya pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, beliau menerima surat dari Abu Musa al-Asy’ari yang menjabat gubernur Basrah saat itu. Abu Musa menyampaikan, beliau bingung mengidentifikasi tahun apa surat-surat yang datang dari Khalifah Umar diterima.
Kekacauan administrasi persuratan ini ditindaklanjuti Umar bin Khattab untuk membuat kepastian waktu tahun. Umar mengumpulkan para sahabat untuk mencari jalan keluarnya. Ada yang memberi saran bahwa tanggal sistem Romawi saja yang digunakan. Saran tersebut tidak diterima.
Sahabat yang lain mengusulkan, dibuatkan tanggal sendiri yang dimulai dari kelahiran Rasulullah. Pendapat ini tidak diterima dan banyak perdebatan. Demikian pula menggunakan tahun wafatnya Rasul sebagai titik awal tahun, masih mendapat penolakan dari sahabat yang lain. Akhirnya disepakati usulan dari Ali bin Abi Thalib bahwa awal tahun dalam sistem penanggalan Islam dimulai dari tahun Rasulullah hijrah.
Setelah disepakati awal permulaan tahun adalah tahun hijrahnya Rasul beserta sahabat, dan belum ada kesepakatan tentang bulan apa yang digunakan sebagai bulan pertama. Usman bin Affan mengusulkan bulan pertama dalam Islam adalah bulan Muharam dengan beberapa argumentasi. Bulan Muharam menurutnya bulan pertama yang sudah dipakai masyarakat Arab sebelumnya. Bulan Muharam kaum muslim baru saja usai menunaikan ibadah besar haji.
BERUBAH MENJADI LEBIH BAIK
Menjadikan momentum hijrah sebagai titik awal tahun, tentu saja memilki filosofi yang mendalam dan diperhitungkan sangat cermat sebelum diputuskan. Hal ini bisa dipahami dari tereliminasinya usulan-usulan lain yang juga memiliki argumentasi kuat untuk dijadikan penentuan tahun pertama.
Peristiwa hijrah menjadi titik balik umat muslim meletakkan landasan kemajuan dan kejayaan dalam peradaban Islam dan komunitas muslim. Meminjam istilah Fazlur Rahman, hijrah merupakan the founding of Islamic Community. Dari peristiwa itulah Islam tumbuh kembang pesat dan menjadi komunitas besar. Dan dari titik inilah Islam yang awalnya lemah dan tertindas menjadi kekuatan besar.
Hijrah atau pindahnya Rasulullah dan para sahabat bukanlah pelarian atau bentuk ketakutan terhadap kaum kafir Quraisy, justru awal penyusunan strategi dan melakukan persiapan yang matang untuk meraih kemenangan di kemudian hari. Dan sejarah telah membuktikannya.
Sejak hijrah ke Madinah, kondisi umat muslim semakin membaik. Ketika di Makkah Islam tidak bisa berkembang dan kaum muslimin mendapat tekanan hebat. Perintah Allah melalui wahyu merupakan solusi jitu untuk membangun kekuatan dan harapan baru. Dalam tempo yang relatif singkat, kurang lebih 10 tahun, Islam dan kaum muslimin yang awalnya tertindas, terintimidasi, dan tertekan berubah menjadi kekuatan besar yang dapat menaklukkan penindasnya dengan gemilang.
Peristiwa hijrah merupakan simbol perubahan suatu kondisi dari yang buruk menjadi baik, dari negatif menjadi positif, dari tertindas menjadi aman, dari gagal menjadi berhasil dan seterusnya.
Hijrah bukan hanya peristiwa sejarah penting sebagai titik balik perubahan besar bagi kaum muslimin yang dijadikan dasar penentuan awal tahun dalam kalender Islam, lebih dari itu Hijrah harus dimaknai sebagai transformasi kondisi kepada sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Semoga pergantian tahun 1444 Hijriah mampu menjadikan diri kita pribadi, keluarga, masyarakat, umat, dan bangsa bertransformasi menjadi lebih baik dari tahun 1443. Amin. Selamat Tahun Baru 1444 H! (dwi/k8)