Salah satu destinasi wisata favorit bagi turis lokal maupun asing di Kaltim adalah rangkaian keindahan bahari di Kepulauan Derawan. Seiring makin banyaknya turis yang datang, ada dua hal yang harus diperhatikan; menjaga kelestarian alam, dan mempersiapkan sumber daya manusia.
NOFIATUL C, Samarinda
[email protected]
Derawan, Sangalaki, Kakaban, hingga Maratua, menyimpan potensi menarik para pelancong. Maka, hal ini harus disambut kemampuan di bidang pariwisata yang baik. Di Maratua, upaya pengembangan sumber daya manusia sedang dikerahkan. Hal itu untuk menyambut desain blue economy yang dicanangkan di pulau ini.
Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pembangunan Kepulauan Wisata Maratua Meiliana menjelaskan, pihaknya melakukan aneka pelatihan untuk mendukung pengembangan SDM dan konsep blue economy di pulau ini. Untuk diketahui, blue economy atau ekonomi biru adalah pemanfaatan sumber daya laut yang berwawasan lingkungan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, dan mata pencarian sekaligus pelestarian ekosistem laut.
“Kita ada pelatihan macam-macam, terbaru kita mau MoU dengan negara Seychelles untuk SDM (sumber daya manusia) di sana,” kata dia.
Di pulau ini, di tepi pantai tak jauh dari dermaga umum, bisa ditemukan anak-anak yang asyik belajar. Mereka belajar aneka pengetahuan, lingkungan, dan bahasa Inggris, gratis. Hal itu berkat inisiatif sekelompok anak muda yang membentuk Yayasan Kalasahan.
Ide itu berasal dari Marwa Serlyanti Al Idrus yang dibantu Reva, yang pelan-pelan menjalankan yayasan dari kocek sendiri. Ide itu banyak dilirik anak muda di Maratua, dan mereka bersedia menjadi relawan mengajar anak-anak di Maratua secara gratis.
Meskipun Reva maupun Serly tak lagi menetap di Maratua, yayasan ini pun masih bisa berjalan dengan relawan-relawan yang bergantian mengajar.
“Semua nanti bisa belajar. Kita ingin pariwisata Maratua maju, masyarakat lokal juga bisa berkontribusi,” kata Serly.
Meskipun banyak sekali hambatan dan tantangan menjalankan yayasan ini, Serly dan Reva tak patah arang. Mereka berharap, yayasan tetap bisa berjalan dan anak-anak belajar dengan gembira.
Tak hanya urusan pengembangan SDM, pekerjaan rumah memastikan alam tetap terjaga juga masih ada. Sebab, penurunan daya tunjang biota laut di kawasan ini terekam dalam pemantauan kesehatan terumbu karang yang dilakukan Yayasan WWF Indonesia. Berdasarkan data 2021, nilai tutupan karang keras di kawasan perairan Kepulauan Derawan adalah 31,9 persen. Angka ini menunjukkan kategori kondisi kesehatan terumbu karang relatif sedang karena dalam persentase 35–40,9 persen. Hal itu dipaparkan WWF dalam diskusi pada pertengahan Juli lalu.
Saat ini, WWF Indonesia, Pemprov Kaltim, dan Pemkab Berau sudah menandatangani kesepakatan untuk rehabilitasi terumbu karang melalui Ocean Governance Project. Proyek ini akan dilakukan hingga Desember 2023 di Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kepulauan Derawan dan Perairan Sekitarnya (KKP3K KDPS). Diharapkan, program ini bisa meningkatkan kondisi kesehatan terumbu karang.
Sementara itu, Program Manager untuk Marine Biodiversity Yayasan WWF Indonesia, Candhika Yusuf, menuturkan untuk menjalankan upaya pelestarian lingkungan ini, tak bisa sendiri.
”Dalam upaya mendukung pelestarian ekosistem dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan di KKP3K KDPS, maka diperlukan adanya pendekatan yang adaptif dan kerja sama yang luas dengan mitra lokal maupun jaringan pemangku kepentingan,” jelasnya.
Maka dari itu, menggandeng pemerintah daerah adalah upaya memastikan pengerjaan proyek ini bisa berhasil sesuai yang diharapkan. Sehingga, ujung-ujungnya adalah konsep ekonomi biru, bisa benar-benar diterapkan di kawasan ini. (dwi/k8)