LONDON – Rishi Sunak dan Liz Truss saling serang. Dua kandidat kuat ketua Partai Konservatif Inggris itu Senin (25/7) malam menghadiri debat yang digelar oleh BBC. Sunak maupun Trus saling menguliti kebijakan yang diusung oleh lawannya. Utamanya terkait pajak.
Truss yang menjabat menteri luar negeri Inggris sejak awal menjanjikan pembatalan rencana kenaikan pajak perusahaan dan asuransi nasional. Dia juga bakal menghapus retribusi pada tagihan energi. Harapannya, perekonomian bisa bergeliat kembali. Terlebih saat ini semua biaya hidup naik akibat inflasi global dan perang di Ukraina.
’’Saya akan bertindak secepatnya (jika terpilih, Red). Saya mengerti bahwa orang-orang sedang kesulitan,’’ ujar Truss.
Di sisi lain, Sunak menganggap rencana yang digagas Truss adalah resep sempurna untuk menghancurkan perekonomian. Pemotongan pajak, menurut mantan menteri keuangan itu, justru membuat orang-orang sengsara. Hal tersebut bakal berdampak pada hasil pemilu berikutnya untuk Partai Konservatif. Sunak kebalikannya, justru ingin menaikkan pajak.
’’Jika kita mengikuti rencana Rishi Sunak, kita akan menuju resesi,’’ balas Truss. Menurut dia, selama menjabat menteri keuangan, Sunak sudah menaikkan pajak dengan rata-rata tertinggi selama 70 tahun terakhir.
Untuk saat ini, jajak pendapat menunjukkan Truss lebih disukai di antara 200 ribuan anggota Partai Konservatif. Mulai 1 Agustus, balot pemilihan akan disebar ke seluruh anggota partai yang terdaftar. Hasilnya baru diketahui 5 September mendatang. Siapa pun yang menang sekaligus menggantikan Boris Johnson sebagai perdana menteri (PM) Inggris.
Sunak adalah salah satu tokoh yang membuat Johnson jatuh. Awal bulan ini dia mengundurkan diri sebagai menteri keuangan. Beberapa menteri lainnya akhirnya mengikuti jejaknya. Hal itu berujung pada proses pelengseran Johnson. Meski mendapat banyak dukungan di parlemen, anggota akar rumput kurang menyukai Sunak. Terlebih keluarganya memiliki skandal pajak.
Dalam kampanyenya selama akhir pekan, Sunak lebih menyoroti soal Tiongkok. Dia menyatakan bahwa Tiongkok dan Partai Komunis di negara tersebut adalah ancaman terbesar bagi Inggris serta bagi keamanan dan kemakmuran dunia pada abad ini.
Politikus berdarah India tersebut bersumpah bakal menghadapi Tiongkok jika terpilih nanti. Salah satunya, menutup Institut Konfusius yang didanai Tiongkok di Inggris. Pada 2020, AS menetapkan Institut Konfusius sebagai misi luar negeri Tiongkok untuk memberikan pengaruh di kampus-kampus. Operator institut membantah tuduhan itu.
Tiongkok pun berang dengan pidato Sunak. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian menegaskan bahwa ada politikus Inggris yang membuat pernyataan tidak bertanggung jawab tentang negara mereka. Lijian tidak menyebut nama Sunak secara langsung.
’’Mereka tidak dapat menyelesaikan masalah mereka sendiri dengan cara sering menggunakan Tiongkok untuk membuat argumen tentang ancaman Tiongkok dan pernyataan tidak bertanggung jawab lainnya,’’ tegas Lijian seperti dikutip The Guardian. Pernyataan itu menjadi bukti bahwa Tiongkok mengamati proses pemilihan di Inggris.
Pidato Pertama Marcos Jr
Pada hari yang sama dengan debat Sunak dan Truss, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr melakukan pidato kenegaraan (SONA) pertamanya. Dia memaparkan serangkaian inisiatif ambisius selama enam tahun masa kepemimpinannya nanti. Salah satunya adalah janji bahwa tingkat kemiskinan akan turun menjadi satu digit pada 2028.
Selain itu, politikus yang dikenal dengan nama Bongbong tersebut mengatakan, produk domestik bruto (PDB) Filipina akan tumbuh 8 persen per tahun selama enam tahun masa jabatannya. Rencana perubahan sistem pajak akan menghasilkan pendapatan yang lebih besar tahun depan. Dia juga akan meningkatkan jaringan KA di Filipina.
’’Kami telah dan akan menemukan solusi,’’ ujar Bongbong dalam pidatonya di Kompleks Batasan Pambansa, Quezon, yang merupakan gedung parlemen di Filipina. (sha/c6/bay)