Kondisi petani sawit saat ini sangat memprihatinkan. Karena harga tandan buah segara (TBS) di pabrik kelapa sawit (PKS) berada pada angka rerata Rp 800 per kilogram TBS untuk petani swadaya dan Rp 1.200 per kilogram untuk petani bermitra.
PENAJAM - DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) membentuk posko pengaduan untuk menampung laporan dari seluruh pengurus Apkasindo di seluruh Indonesia. Dari laporan tersebut, pihaknya meminta pemerintah untuk segera mencari solusi agar permasalahan harga sawit tidak berlarut-larut.
“Harga saat ini, akan lebih rendah jika petani sawit menjualnya ke pedagang pengumpul, yaitu kisaran Rp 300-600 per kilogram TBS. Padahal, biaya produksi atau harga pokok penjualan (HPP) saat ini sudah mencapai Rp 1.850-Rp 2.250 per kilogram di mana enam bulan lalu biaya produksinya hanya Rp 1.200 per kilogram,” kata Ketua Umum DPP Apkasindo Gulat Me Manurung dalam surat terbuka tertanggal 14 Juli 2022 yang diterima Kaltim Post, Jumat (15/7).
Menurut dia, kenaikan biaya produksi ini diakibatkan kenaikan saprodi, terkhusus pupuk dan herbisida yang sudah mencapai 300 persen. Harga pupuk tak terkendali dan tak ada kebijakan kementerian terkait untuk mengendalikannya, padahal komponen pupuk 60 persen dari HPP TBS. Dampak anjloknya harga TBS ini mengakibatkan terganggunya aspek ekonomi, sosial, dan kamtibmas, terkhusus di daerah sentra perkebunan kelapa sawit rakyat.
“Hasil pengamatan kami menunjukkan, sektor usaha lain juga sangat terdampak, akibat melemahnya daya beli dan pendapatan petani sawit. Perbankan, properti, otomotif dan sektor industri lainnya juga ikut terdampak, sehingga secara keseluruhan sudah mengganggu keberlangsungan ekonomi nasional,” katanya.
DPP Apkasindo menghitung TBS yang membusuk Mei dan Juni 2022, karena tak laku dijual baik oleh karena PKS tutup, TBS busuk karena berhari-hari antre di PKS atau petani tak memanen karena tak layaknya harga TBS, yaitu 967.680 ton TBS yang busuk selama dua bulan atau setara dengan 193.536 ton crude palm oil (CPO) atau jika dibuat menjadi minyak goreng sudah setara dengan 140.000 ton (170.000.000 liter) atau 85 persen dari total kebutuhan minyak goreng per bulan (200 juta liter).
Dikatakannya, petani sawit sudah banyak yang menawarkan kebunnya untuk dijual atau tersandera akibat digunakan sebagai agunan pinjaman modal. “Kami juga mengamati tidak sedikit petani sawit yang terpaksa menunda menyekolahkan anak-anaknya karena keterbatasan pendapatan rumah tangga petani sawit. Aspek kamtibmas juga sudah menunjukkan permasalahan baru, di mana semakin meningkatnya kejahatan yang sudah digolongkan sebagai pidana umum,” katanya.
Kondisi ketidakpastian ini, lanjutnya, telah menjadi kesempatan bagi PKS untuk menekan harga TBS petani dengan dalil tangki penyimpanan CPO sudah penuh, belum lagi semakin naiknya potongan timbangan TBS yang dilakukan PKS, di mana sebelumnya hanya berkisar 3-7 persen, saat ini sudah rerata 20-30 persen dengan berbagai alasan.
“Pemerintah tidak berdaya melakukan pengawasan, bahkan surat edaran Menteri Pertanian pun tidak dipatuhi oleh PKS,” tegasnya. (ndu/k15)
ARI ARIEF
[email protected]