SAMARINDA - Kinerja industri pengolahan Kaltim pada triwulan I 2022 tercatat tumbuh positif, meski melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dikarenakan aktivitas pengolahan migas yang mengalami penurunan. Pada triwulan I 2022 industri pengolahan mencatat tumbuh 1,57 persen (year on year/yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,90 persen (yoy).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Ricky P Gozali mengatakan, perlambatan tersebut utamanya bersumber dari penurunan industri pengolahan migas, seiring dengan adanya industri pengolahan metanol di Kaltim yang mengalami maintenance pada triwulan I 2022.
Penurunan kinerja industri pengolahan juga terkonfirmasi dari penurunan indeks penjualan riil BBM pada hasil survei penjualan eceran (SPE). Hasil SPE menunjukkan bahwa pertumbuhan Indeks penjualan riil (IPR) BBM di wilayah Kaltim terkontraksi menjadi 12,1 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan kontraksi triwulan sebelumnya sebesar 7,1 persen (yoy).
“Pergerakan pada sektor pengolahan migas cukup signifikan memengaruhi pergerakan kinerja lapangan usaha industri pengolahan, mengingat porsi sektor pengolahan migas memiliki porsi cukup besar mencapai 56,4 persen,” tuturnya, Selasa (12/7).
Dari sisi mobilitas masyarakat, menurut Ricky, terlihat bahwa aktivitas masyarakat di lokasi retail and recreation mengalami penurunan dengan tumbuh sebesar 6,8 persen dari baseline setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 8,04 persen dari baseline.
Di sisi lain, aktivitas masyarakat justru meningkat pada residential atau tempat tinggal, yang bisa menunjukkan bahwa aktivitas masyarakat di rumah mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi 2,66 persen, menjadi tumbuh 2,9 persen.
“Hal tersebut sejalan dengan normalisasi aktivitas masyarakat yang pada triwulan sebelumnya terjadi secara masif akibat momen libur akhir tahun,” jelasnya.
Dia menjelaskan, pertumbuhan kinerja industri pengolahan lebih lanjut tertahan oleh kontraksinya kinerja crude palm oil (CPO), di tengah tren harga yang juga melambat. Penurunan kinerja CPO tecermin dari volume ekspor CPO ke Kaltim negara tujuan utama yang mengalami penurunan di triwulan berjalan.
Tercatat volume ekspor CPO Kaltim mengalami kontraksi yang lebih dalam sebesar 12,54 persen (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh tinggi mencapai 8,51 persen (yoy). Sementara itu, harga CPO Internasional juga tercatat mengalami perlambatan dari triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 42,56 persen (yoy) menjadi 32,68 persen (yoy).
Lebih lanjut, berdasarkan hasil FGD (focus group discussion) dan liaison yang dilakukan oleh KPw-BI Kaltim kepada stakeholders terkait, penurunan kinerja CPO merupakan dampak dari hasil panen yang tidak sebaik perkiraan sebelumnya akibat efek cuaca buruk pada tahun-tahun sebelumnya. Sejalan dengan kinerja produksinya, penyaluran kredit kepada lapangan usaha industri pengolahan mengalami perlambatan dengan tingkat risiko yang meningkat.
“Penyaluran kredit industri pengolahan pada triwulan I 2022 tumbuh sebesar 31,50 persen (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 31,87 persen (yoy). Perlambatan kredit industri pengolahan tersebut juga diiringi oleh peningkatan tingkat risiko (NPL) dari 9,19 persen pada triwulan sebelumnya, menjadi 10,06 persen,” pungkasnya. (ndu/k15)
Catur Maiyulinda
@caturmaiyulinda