Hari ini (1/7), Pertamina mulai menerapkan aplikasi MyPertamina untuk pembelian BBM subsidi. Namun, pendaftaran masih diperuntukkan kendaraan roda empat di sebelas lokasi yang telah ditunjuk.
AJIE CHANDRA
[email protected]
DI PULAU Kalimantan, uji coba pembelian BBM bersubsidi seperti pertalite dan solar dengan aplikasi MyPertamina, baru diterapkan di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sementara di Kaltim, pembelian BBM bersubsidi di SPBU Pertamina masih belum ada perubahan. Namun, apabila warga Kaltim berencana melakukan perjalanan darat ke Banjarmasin dalam waktu dekat, mulai hari ini bisa mendaftarkan kendaraannya. Jadi, bisa mengisi di SPBU milik Pertamina.
Hal itu disampaikan Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting dalam keterangan persnya, Kamis (30/6). Dia mengatakan, kendaraan antarkota atau provinsi yang masuk daerah uji coba pengisian BBM bersubsidi melalui aplikasi MyPertamina, sebaiknya melakukan pendaftaran di website MyPertamina. “Silakan mendaftar. Karena QR code ini berlaku untuk semua kendaraan truk dan roda empat yang mengisi solar dan pertalite. Tujuannya kan melintas di wilayah itu, tentu akan diverifikasi admin,” terangnya.
Dia menerangkan, pendaftaran kendaraan dilakukan melalui situs subsiditepat.mypertamina.id. Pada proses pendaftaran tersebut, pihaknya akan mencatat sejumlah data. Mulai jenis kendaraan, nomor polisi, hingga mencocokkan dengan surat kendaraan. Hal itu diperlukan untuk menyeleksi kendaraan-kendaraan mana yang bisa mengisi BBM subsidi. ’’Saya tegaskan, pendaftaran saat ini kita buka untuk kendaraan roda empat, khususnya pengguna pertalite. Untuk solar sesuai Perpres 191 Tahun 2014. Tolong tekankan lagi, 1 Juli 2022 baru dimulai pendaftaran, registrasi,’’ tegas Irto. Dia menggarisbawahi, situs pendaftaran subsiditepat.mypertamina.id dan aplikasi MyPertamina adalah dua hal berbeda.
“Pendaftaran hanya di subsiditepat.mypertamina.id. Salah kaprah kalau ada orang yang bilang telah men-download aplikasi, ini dua platform yang berbeda,’’ katanya. Dia menekankan, dalam proses pendaftaran itu, pembelian dan pembayaran BBM tetap dilakukan seperti biasa. Belum ada yang berubah. ’’Jadi saya luruskan, jangan sampai beranggapan kalau besok (hari ini 1 Juli) nggak punya QR code lalu ditolak. Itu tidak benar. Selama masa pendaftaran, semua proses pembelian masih seperti biasa,’’ urai Irto.
Setelah pendaftaran disetujui, pemilik kendaraan akan menerima QR code. Dia juga menggarisbawahi konsumen hanya perlu menunjukkan QR code saat akan membeli BBM. Dengan demikian, konsumen yang tidak membawa handphone pun tak memiliki kendala. ’’Bisa tunjukkan QR code dari handphone atau di-print. Jadi, QR code itu (sifatnya) benar-benar melekat pada kendaraan,’’ jelasnya.
Pembayaran pun masih seperti biasanya. Bisa menggunakan cash ataupun nontunai. Pembayaran tidak wajib menggunakan aplikasi MyPertamina. Pertamina akan terus melakukan sosialisasi menyeluruh terhadap proses itu. Harapannya, seluruh pihak bisa terlayani dengan baik. Bagaimana jika tidak punya handphone ataupun tidak ada akses internet? Irto menyebut, hal itu juga sudah dipikirkan solusinya. Pertamina akan menyiapkan booth khusus bagi masyarakat untuk melakukan pendaftaran secara manual.
’’Masyarakat nih enggak punya handphone, kalaupun punya, handphone-nya jadul. Apalagi punya laptop, tidak bisa ke warnet. Nanti kita siapkan beberapa titik SPBU yang akan jadi pusat pendaftaran,’’ tutur dia. Selain itu, dia meluruskan terkait penggunaan handphone di lokasi SPBU. Sebab, seperti diketahui, penggunaan handphone di SPBU selama ini dilarang karena dapat memicu timbulnya insiden kebakaran ataupun ledakan.
Menurut dia, larangan penggunaan handphone itu adalah untuk komunikasi telepon di zona-zona yang berbahaya, kurang lebih 1,5 meter dari dispenser atau di area pembongkaran mobil tangki. Irto melanjutkan, pembacaan QR code ataupun pembayaran bisa dilakukan sebelum atau sesudah pengisian BBM. Dengan demikian, persyaratan penggunaan handphone di SPBU bisa tetap dipatuhi.
’’Untuk menggunakan HP di SPBU itu 1,5 meter dari dispenser dan tidak mengambil foto menggunakan flash. Ini sudah kita kaji dari sisi safety-nya,’’ jelasnya. Irto menyampaikan, penyaluran BBM bersubsidi masih banyak yang tidak tepat sasaran di lapangan. BBM bersubsidi justru banyak digunakan oleh golongan menengah ke atas. Menurutnya, 60 persen golongan masyarakat mampu telah menikmati hampir 80 persen dari total BBM bersubsidi. Sementara itu, 40 persen masyarakat golongan bawah yang seharusnya berhak, justru hanya menikmati sekitar 20 persen dari total BBM bersubsidi. “Kalau kita melihat tren konsumsi saat ini, kalau tidak dilakukan pengaturan, maka ada potensi over kuota,” ungkapnya.
Sementara itu, konsumsi BBM solar dan pertalite di Kaltim menunjukkan peningkatan di tahun ini dibanding tahun lalu. Dibanding periode sama 2021, konsumsi pertalite sebesar 202.446 kiloliter. Adapun tahun lalu 122.221 kiloliter. Kemudian, konsumsi solar 77.444 kiloliter. Sementara hingga Mei 2021, sebesar 74.429 kiloliter. (riz/k16)