Meliput presiden RI bisa dilakukan oleh semua jurnalis. Tapi belum tentu semua punya kesempatan untuk bisa lebih dekat. Tak sekadar wawancara, tapi ngobrol terkait apapun.
ROMDANI, Sepaku
[email protected]
JOKO Widodo (Jokowi) bisa diklaim adalah presiden yang paling rajin ke Kaltim. Bahkan sebelum ibu kota negara (IKN) diputuskan pindah ke Benua Etam. Mantan gubernur DKI Jakarta itu sudah bolak-balik provinsi ini. Kini IKN diputuskan berada di antara Penajam Paser Utara (PPU) dan Kutai Kartanegara (Kukar). Sudah tentu, orang nomor satu di Indonesia itu menjadikan Kaltim sebagai daerah yang prioritas dikunjungi.
Rabu pekan lalu, Jokowi kembali mengunjungi IKN. Dia tak datang sendiri. Ada Ketua DPR Puan Maharani yang mendampinginya. Presiden juga membawa sejumlah menteri. Di antaranya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, serta Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Ada empat titik di IKN yang dikunjungi presiden. Yakni, Persemaian Mentawir, Bendungan Sepaku-Semoi, Titik Nol, dan perkemahan yang kelak menjadi lokasi Istana Negara. Dia ingin menunjukkan kepada 20 pemimpin redaksi dari berbagai media se-Indonesia akan progres pemindahan IKN.
Jokowi juga ingin memastikan bahwa pembangunan IKN bernama Nusantara itu terus berjalan. “Ini lokasi Titik Nol IKN. Bulan lalu belum ada plang hanya bertulis Titik Nol. Sekarang sudah ada Nusantaranya. Lihat itu,” ucapnya sambil tangannya menunjuk Titik Nol Nusantara.
Siang itu, setelah dari Persemaian Mentawir dan Bendungan Sepaku-Semoi, presiden ke Titik Nol IKN. Puluhan pemred itu diajak mendekat ke Titik Nol. Di sana, Jokowi juga mengajak untuk mengabadikan momen kebersamaan. Pemred Kaltim Post Romdani yang ikut dalam rombongan pemred itu tak ingin menyia-nyiakan momen tersebut. Termasuk mengajak selfie presiden.
Sekitar 30 menit berlalu berada di Titik Nol Nusantara. Presiden mengajak para pemred ke perkemahan. Di lokasi itu pula, belum lama ini, Jokowi pernah semalam berkemah.
Presiden pun meninggalkan Titik Nol dengan menaiki anak tangga menuju mobil. Di saat momen itu, saya mendekat. Sambil berjalan, saya bilang ke presiden, “Pak Presiden, mohon izin. Itu di ujung kanan (jaraknya sekitar 100 meter) ada puluhan wartawan dan fotografer. Mereka dari tadi menantikan Bapak menghadap mereka.”
“Mana-mana,” tanya dia. Saya pun menunjuk arah jurnalis dan fotografer dari berbagai media se-Indonesia itu. Jokowi pun ikut mengangkat tangannya sambil menunjuk arah fotografer.
Saya tidak puas dengan momen itu. Karena saya yakin, foto yang diambil jurnalis kurang maksimal. “Bapak Presiden, dada-dada dong Pak,” pinta saya sambil mengangkat tangan. Yang kemudian langkah saya mengangkat lengan sambil membuka telapak tangan itu diikuti oleh Jokowi. Sontak dari kejauhan, sejumlah fotografer berteriak. “Mantap, Bang! Mantap.”
Momen itu yang sulit saya lupakan sampai sekarang. Mungkin sejarah besar dalam hidup. Seketika saya langsung mendatangi fotografer Kaltim Post, Anggi Praditha. Dia yang bertugas mengambil momen kunjungan presiden di Titik Nol Nusantara dan perkemahan.
Anggi kemudian menunjukkan hasil jepretannya. Sebuah foto presiden bersama saya yang mengangkat tangan menyapa jurnalis berhasil didapat olehnya. Foto itu yang kemudian dipilih oleh awak redaksi menjadi foto besar dalam halaman utama Kaltim Post edisi Kamis (23/6). Sebelum diputuskan foto tersebut muncul di tampilan utama koran, tetap melalui diskusi di meja redaksi.
Kami bersama rombongan tiba di perkemahan. Di tenda berukuran sekitar 10x4 meter itu, para pemred menikmati hidangan makan siang. Mungkin lebih tepatnya makan sore, karena baru pukul 15.30 Wita, kami menyantap makan. Makan siang telat karena padatnya agenda presiden.
Menu prasmanannya beragam. Ada soto, seafood, ayam, dan lain-lain. Seperti sudah menjadi ciri khas Balikpapan, kepiting lada hitam juga menjadi sajian utama di meja. Sementara menu lainnya mengambil sendiri di prasmanan. Presiden bahkan mengambil makanan sendiri sesuai selera.
Hadir pula di tengah-tengah lokasi makan siang itu, Gubernur Kaltim Isran Noor dan Kepala Otorita IKN Nusantara Bambang Susantono. Kedua tokoh itu duduk di depan saya. Isran juga tak sungkan memandu para pemred mengajak makan kepiting. “Ini pakai penjepit untuk membuka cangkangnya. Ayo silakan makan,” ucap Isran.
Sekitar 30 menit makan sambil ngobrol dengan presiden. Jokowi keluar dari tenda lalu memperlihatkan masterplan IKN yang terpampang. Para pemred mengamati penjelasan orang nomor satu di Indonesia itu. “Kalau melihat ini semua, apa masih ragu (pemindahan IKN)?” tanyanya kepada para pemred.
Sontak sejumlah pemred menunjukkan optimismenya terhadap rencana pemindahan IKN. “Di sini. Di tempat kita berdiri, akan dibangun Istana Negara. Bandara Kulon Progo, Jogjakarta saja bisa dibangun dalam waktu 18 bulan,” beber dia. “Nanti kita ketemu 17 Agustus 2024 untuk upacara HUT Kemerdekaan RI di sini (Istana Negara di IKN),” sambungnya.
Jokowi menuturkan, pemindahan IKN ke Kaltim adalah rencana lama. Juga mimpi para pemimpin negeri terdahulu. Sekarang dirinya yang mengeksekusi memindahkan pusat pemerintahan ke Sepaku, PPU. “Kalau tidak dari sekarang, kapan lagi. Ini adalah pemerataan dari sebuah pembangunan,” katanya.
Selang kemudian, presiden menuju helipad di kawasan inti IKN. Dia melanjutkan perjalanan ke Samarinda naik helikopter kepresidenan yang sudah disiapkan. Di Kota Tepian, Jokowi membuka Kongres ke-31 Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI). Pada malam harinya, presiden kembali ke Jakarta lewat Bandara APT Pranoto, Samarinda.
Selama berada di IKN Nusantara, Jokowi benar-benar dekat dengan para pemred. Dia terus mengajak ngobrol para pemred terkait isu pemindahan ibu kota. Para pemred juga tak sungkan untuk bertanya. Bagi saya, ini adalah momen terdekat secara fisik dengan presiden. Belum pernah sebelumnya bisa sedekat ini. Obrolan santai mengalir ke Jokowi.
Sesekali jawaban presiden juga diselingi candaan agar tak terlihat kaku. Keakraban antara pemred dengan seorang presiden begitu terlihat. Nyaris seperti tanpa sekat atau adangan dari Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) setiap pemred mendekati Jokowi.
Saya sudah beberapa kali ditugasi oleh pimpinan perusahaan tempat saya bekerja meliput kunjungan presiden ke Kaltim. Mungkin sudah lebih tiga kali saya meliput kunjungan Jokowi ke Benua Etam. Namun kali ini beda.
Bedanya, kala saya meliput Jokowi sebagai wartawan, protokol yang dijalankan Paspampres sangat ketat. Bahkan ada sekat. Sehingga awak media tidak bisa terlalu dekat dengan presiden.
Bisa jadi sudah ditetapkan protokol khusus untuk rombongan pemred. Sehingga kami bisa sangat dekat dengan presiden. Dan memang sudah sewajarnya, seorang jurnalis ditempatkan pada posisi setara dengan narasumber.
Ya, apapun itu, akhirnya saya adalah salah satu pemred di Kaltim Post yang beruntung. Sehari bersama presiden. Beragam cerita mengalir dan saya bisa bertanya langsung ke presiden tentang kondisi Kaltim. Pendahulu-pendahulu saya di jabatan pemred koran ini, tentu pernah merasakan momen yang sama dengan presiden RI sebelumnya. (rom/k8)