Hasil pembinaan di Lapas Kelas II A Tenggarong kian membumi. Stigma di balik wadah pembinaan narapidana di Kukar berubah dengan sentuhan seni.
SETELAH berhasil mengandalkan program pembinaan kemandirian di bidang mebel, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Tenggarong kembali menunjukkan eksistensinya dalam bidang seni.
Hal itu terbukti dengan sering tampilnya band yang digawangi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Kelas IIA Tenggarong di beberapa event yang diselenggarakan di Kota Tenggarong. Teranyar mereka mengisi pagelaran expo yang diadakan oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kukar.
Kepala Lapas Kelas II A Tenggarong Agus Dwirijanto mengungkapkan, grup musik yang diberi nama Prodeo Band ini sebagai salah satu bentuk program pembinaan kepribadian yang diselenggarakan di dalam lapas.
“Ini merupakan wujud komitmen kami dalam rangka menyukseskan tujuan pemasyarakatan dan program back to basic pemasyarakatan,” ungkapnya, kemarin (27/6).
Tujuan pemasyarakatan, menurut dia, memiliki arti pulihnya hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan warga binaan pemasyarakatan saat nanti kembali ke masyarakat.
Band lapas ini sudah sering mengisi event di wilayah Tenggarong maupun sebagai band tamu. Disinggung soal proses perizinan bagi WBP yang akan tampil di luar lapas, Agus Dwirijanto menjelaskan, prosesnya melalui mekanisme sidang tim pengamat pemasyarakatan.
“Tim yang ada di dalam sidang TPP itu yang akan membahas atau memberikan pertimbangan kepada kalapas, layak atau tidaknya WBP tersebut mengisi acara di luar lapas,” imbuhnya
Tak kalah membanggakan, pada pagelaran expo ini juga menayangkan film pendek karya petugas Lapas Kelas II A Tenggarong yang berjudul Bescov.
Dalam proses pembuatannya, Lapas Kelas II A Tenggarong bekerja sama dengan salah satu sanggar teater di Kutai Kartanegara. Yang menarik dari proses pembuatan film ini melibatkan beberapa warga binaan sebagai pemeran pendukung.
“Film ini terinspirasi dari program asimilasi bagi WBP dalam rangka pencegahan dan penanggulangan Covid-19,” ujar Zairin Zain, sutradara dari film Bescov.
Tujuannya ingin memberikan edukasi kepada masyarakat tentang program asimilasi itu sendiri, serta ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa warga binaan juga bisa berkarya.
“Stigma negatif ini yang ingin kami hilangkan dan inilah salah satu yang mendasari dibuatnya film ini,” imbuhnya.
Zairin Zain juga menambahkan, dengan melihat antusiasme masyarakat terhadap program pembinaan WBP, khususnya dalam bidang seni tidak menutup kemungkinan ke depannya Lapas Kelas IIA Tenggarong tidak hanya menjadi lapas produksi tapi juga menjadi lapas yang concern dalam bidang seni.
“Hal ini bisa saja terjadi dengan melihat eksistensi kelompok seni lapas dan respons masyarakat terhadap hasil karya WBP,” tutupnya. (kri/k8)
HIDAYATULLAH
[email protected]