Meski Covid-19 sudah melandai, namun aktivitas ekonomi di sejumlah perkampungan di Kutai Barat (Kubar) masih stagnan. Kondisi ini karena melemahnya daya beli masyarakat.
SENDAWAR–Melemahnya daya beli masyarakat turut dirasakan pelaku usaha kecil menengah (UKM). “Sepi Pak pembeli sekarang. Mungkin akibat masih Covid-19. Kami sangat berharap daya beli meningkat, mengingat usaha sekarang sudah jauh (menurun) pendapatannya,” kata Jani, warga Kecamatan Melak.
Hal senada diungkapkan, Ali, pedagang pakaian di Pasar Olah Bebaya Melak. Namun, pengakuan dia, sepinya pembeli akibat maraknya penjualan secara online. “Dulu ketika menjelang hari besar keagamaan bisa mencapai Rp 20–30 juta per bulan hasil penjualan kain (pakaian). Sudah hampir 2 tahun terakhir penjualan terus merosot,” katanya.
Penyebab menurunnya daya beli, diakuinya dan sejumlah pedagang kain lainnya disebabkan hadirnya penjualan secara online. “Kami berbelanja terkadang ke Pasar Tanah Abang, Jakarta. Tapi, saya pantau pembeli langsung memperoleh barang ke sana (Tanah Abang) secara online,” terangnya.
Para pedagang dan terutama pelaku ekonomi, berharap ada solusi dari pemerintah agar daya beli meningkat. Harapan warga, menunggu proyek pembangunan yang belum sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah. Jika proyek pembangunan banyak dilakukan maka salah satunya daya beli masyarakat bisa meningkat.
Di samping itu, perlu adanya kenaikan gaji aparatur pemerintah dan perusahaan. “Ini juga memengaruhi karena tidak ada kenaikan gaji sementara harga kebutuhan pokok terus merangkak naik,” terangnya.
Sementara itu, Sekretaris Kabupaten Kubar Ayonius mengatakan, masyarakat sekarang diberdayakan untuk bisa kreatif guna meningkatkan usaha yang tergabung dalam usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Tak hanya memberikan aspek peningkatan keluarga, sekaligus menyukseskan gerakan nasional bangga buatan Indonesia.
“Perangkat daerah terkait di lingkungan Pemkab Kubar untuk bisa membantu UMKM baik di kampung ataupun kecamatan. Termasuk juga pemasaran atau pelatihan-pelatihan, sehingga produk yang dihasilkan bisa bersaing dengan daerah lain,” saran Ayonius.
Mantan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kubar ini menjelaskan, dalam sosialisasi juga diharapkan dari pemerintah pusat dan daerah bisa memantau daerahnya. “Saya mengharapkan anggaran baik dana desa dan alokasi dana kampung setiap kampung bisa diberdayakan untuk pengembangan UMKM,” sarannya.
Apalagi, era digital saat ini, pemasaran bisa secara online, dan harga produk bisa bersaing dalam artian tidak terlalu mahal dan utamakan kualitas.
Dia menambahkan, pada dasarnya mendukung apa yang telah menjadi program pemerintah pusat dalam upaya menyukseskan gerakan nasional bangga buatan Indonesia. Sehingga produk daerah bisa bangkit dan bisa membangkitkan ekonomi masyarakat.
“Misalnya dalam pertemuan (rapat) kita bisa memanfaatkan produk UMKM lokal daerah,” jelasnya. (kri/k8)
HARTONO
[email protected]