Dalam film Keluarga Cemara 2, dikisahkan konflik yang dirasakan Ara (si anak tengah) ketika Abah dan Emak lebih fokus pada kakak dan si bungsu. Ara sempat merasa terabaikan. Kondisi yang dialami Ara kerap disebut dengan istilah middle child syndrome.
BAGI ayah dan bunda yang memiliki lebih dari dua anak, mohon diperhatikan apakah anak tengah pernah mengalami hal seperti Ara? Middle child syndrome merupakan situasi ketika anak tengah merasa dikucilkan atau diabaikan karena urutan kelahirannya. Jika tidak dikenali sejak awal, beberapa anak mungkin memiliki kepribadian dan karakteristik hubungan tertentu sebagai akibat menjadi anak tengah.
Menurut dosen psikologi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Riza Noviana Khoirunnisa SPsi MSi, anak tengah yang mengalami middle child syndrome ini memiliki ciri-ciri khusus. ”Ciri-ciri ini wajib dikenali oleh orang tua agar orang tua segera mengubah pola asuhnya,” tutur dia.
Hal tersebut dapat dikenali dari pola perilaku anak. Antara lain, anak cenderung lebih takut untuk bersosialisasi. Selain itu, anak merasa tidak berguna. ”Karena sering kali anak berada dalam bayang-bayang adiknya yang menjadi pusat perhatian dan si kakak yang menjadi contoh,” paparnya.
Hal itulah yang membuat anak merasa frustrasi. Rasa frustrasi ini akhirnya yang membentuk anak menjadi merasa tidak berdaya, memiliki harga diri yang rendah, dan merasa didiskriminasi oleh orang tua. ”Serta merasa tidak dicintai oleh orang tua dan cenderung lebih banyak dibandingkan,” ungkapnya.
Selain itu, ciri selanjutnya adalah anak ini lebih banyak mencari perhatian orang di sekitar. Sebab, dia memiliki kebutuhan akan itu. ”Dia haus akan perhatian, harga dirinya seperti apa, butuh pengakuan dari orang lain,” terang Riza yang mendalami psikologi anak.
Bila tanda-tanda tersebut tidak segera diatasi, anak akan tenggelam dalam masalahnya sendiri. Hingga nantinya anak dewasa belum ada solusi, maka akan timbul masalah baru ketika dia dewasa nanti.
Bagaimana mengatasi hal tersebut? Menurut Riza, tidak ada cara yang spesifik karena bergantung pada karakter masing-masing anak dan orang tua. ”Namun, jurus ampuhnya komunikasi,” tutur Riza. Berapa pun usia anak sebenarnya bisa diajak berkomunikasi. ”Selain itu, orang tua harus melibatkan anak dalam segala kegiatan keluarga, tidak membanding-bandingkan, serta selalu mengapresiasi langkah anak,” jelas Riza.
Lewat hal tersebut anak akan menyadari dengan sendirinya bahwa kehadirannya penting di tengah keluarga. Orang tua yang sama-sama bekerja juga harus berkomitmen meluangkan waktu bersama anak-anaknya. Bisa dilakukan dengan aktivitas sederhana seperti bercerita sebelum tidur, bermain bersama saat hari libur, dan mendengarkan cerita keseharian tiap-tiap anak.
Langkah tersebut bermanfaat untuk meningkatkan hubungan emosional, tidak hanya antara anak dan orang tua, tapi juga antara sesama anak agar tidak merasa berkompetisi mendapatkan kasih sayang orang tua.
Pola asuh paling ideal adalah yang bisa memberikan kesempatan kepada anak untuk mengutarakan apa yang dia rasakan. ”Itu akan membuat anak saling terbuka dengan orang tua dan adik atau kakak agar tidak terjadi persaingan antaranak,” katanya. Pesan bagi anak-anak yang merasa mengalami middle child syndrome, jangan takut untuk bersosialisasi karena pada dasarnya setiap anak memiliki karakter berbeda. ”Setiap anak memiliki keunikan tersendiri, maka kembangkan potensi yang ada di dalam diri,” pesan Riza. (jpc)
ORTU HARUS PEKA BILA ANAK TENGAH…
– Cenderung lebih takut untuk bersosialisasi
– Merasa tidak berguna
– Kepercayaan dirinya rendah
– Merasa dibanding-bandingkan dengan kakak atau adik
– Mencari perhatian dari lingkungan di luar keluarga