Naeva Zahira, putri cilik asal Samarinda terpilih sebagai salah satu pemenang dalam pemilihan Putri Heritage Indonesia 2022 di Malang, awal Juni lalu. Bersaing dengan 33 peserta, Naeva membuktikan dirinya layak menerima tiara juara. Tetapi keberhasilan Naeva tidak lepas dari bimbingan mentor cantik Leliyana Andriyani.
TALK show yang dipandu Agung Pratama, Naeva menuturkan, dia sangat bersyukur, senang dan berterima kasih kepada semua yang telah berkontribusi di ajang pemilihan tersebut.
Pemilihan Putri Heritage Indonesia merupakan ajang di mana yang menjadi highlight utama adalah kesenian dan kebudayaan. Setiap peserta menampilkan pengetahuan dan bakat. Ada tiga kategori dalam pemilihan tersebut. Di antaranya, kategori cilik dari umur 6-10 tahun, kategori remaja untuk umur 11-17 tahun, dan dewasa dari umur 17-30 tahun. Naeva yang masih berumur 10 tahun masuk kategori cilik.
Sebelum mengikuti Putri Heritage Indonesia 2022, gadis kelahiran Samarinda, 2 Maret itu memulai dengan mengikuti Putri Batik Cilik Indonesia. Saat itu Naeva masuk lima besar perwakilan Kaltim di ajang nasional. Dalam ajang tersebut Naeva meraih Best Video Presentation. Naeva tak sendiri, ditemani mentor yang berperan dalam keberhasilannya merebut mahkota Putri Heritage Cilik Indonesia 2022, Leliyana Andriyani.
Tak sembarang, Leliyana Andriyani merupakan Duta Wisata Kaltim 2013. Tentu dari pengalaman, perempuan yang akrab disapa Leli itu lebih fasih dan memiliki rekam jejak yang sangat baik.
Leli bertemu dengan Naeva ketika diperkenalkan seorang coach. Naeva yang mengikuti beberapa ekstrakurikuler di antaranya menari, menyanyi dan modeling, belum bisa dalam hal public speaking. Orangtua Naeva ingin agar Naeva tidak hanya pandai dalam hal non-akademik, namun dalam akademik juga dan itu harus didukung dengan penyampaian berkomunikasi secara baik dan benar. Orangtua Naeva pun meminta untuk mencarikan coach untuk public speaking, dan diperkenalkan Leli.
“Namun harus dilihat dulu. Apakah dia (Naeva) adalah permata yang ada di lumpur yang akan dicuci, atau batu yang akan dijadikan permata,” ucap Leli.
Setelah melihat beberapa bulan, ternyata Naeva punya basic seperti suara yang mendukung, dan ditambah dengan belajar. Ketika mendekati hari pemilihan, Naeva yang merasa sudah matang dengan persiapannya merasa yakin bisa melewati penjurian. “Pastinya yakin, karena sudah belajar selama tiga bulan, harus yakin dan terus berdoa,” ucap penyuka spaghetti itu.
Agenda yang dilalui cukup padat. Dimulai karantina hari pertama yakni pada 1 Juni. Kegiatan pertama adalah visit city tour bersama 33 finalis lainnya dari seluruh Indonesia. Malamnya memakai kostum casual party untuk workshop public speaking dan catwalk.
“Lanjut hari kedua memakai baju kebaya premilinary, dan malam bakat. Setelah itu hari ketiga menggunakan baju daerah, dan di sana Naeva story telling, berlanjut hari setelahnya grand final,” terang Naeva.
Saat penjurian, Naeva menampilkan Tari Mandau dari Kaltim. Tentu saja itu keinginan Naeva yang ingin memperkenalkan senjata tajam khas Kaltim. “Tarian tersebut diajarkan Agus Setiaji yang merupakan guru tari Naeva. Tarian Mandau itu dibalut dengan vocal, jadi Naeva tidak hanya menari, tapi menyanyi. Walau ada tantangannya, saat menarikan itu, Mandau digigit dan dilempar, jadi tangan Naeva sempat terluka, karena senjata yang menjadi properti itu merupakan Mandau asli,” ceritanya. Karena penampilannya itulah Naeva mendapat standing applause dari semua juri.
Walau begitu Leli selalu menekankan dari awal, siapa pun boleh cantik, berbakat, bisa lenggak-lenggok layaknya model. Namun, ada satu hal, jika tidak bisa menjawab pertanyaan juri atau saat QnA, semua itu akan sia-sia. Sebab, final dalam pageant adalah sesi tanya jawab, itu dilakukan di semua pageant seperti Putri Indonesia, Miss Universe, Miss World, dan lainnya.
“Secantik apapun kamu, sebagus apapun baju, seberbakat apapun kamu dalam menunjukkan daerahmu, ketika ditanya tidak bisa menjawab, you are nothing! Jadi itu hal yang ditekankan ke Naeva, kamu harus tahu kamu siapa,” ucap Leli.
Saat mengajar Naeva, Leli bercerita bahwa dia harus bisa mengambil hatinya. Jadi menanggapi apa dunia yang disukai, minimal makanan, minuman atau kegiatan yang disukai. “Naeva termasuk yang mudah diajari, namun suka menangis karena satu bulan terakhir udah harus pressure,” ujar Leli.
Leli mengajarkan Naeva bagaimana cara menjawab yang benar. Karena haram hukumnya ketika tidak bisa jawab atau ngeblank. “Makanya aku selalu bilang ke Naeva untuk selalu perbanyak perbendaharaan kata. Selama tiga bulan bisa menghabiskan dua buku yang ditulis tangan,” ujar Leli. Tentunya masih banyak keseruan obrolan bareng Naeva dan Leli. Semua bisa ditonton di kanal YouTube Kaltim Post. (dra/k8)
ARINA HIDAYAH
@mrs.aralee