SAMARINDA - Harga cabai tiung atau rawit merah saat ini mencapai Rp 80-100 ribu per kilogramnya. Angka ini naik signifikan dibandingkan pada pertengahan Mei 2022 di level Rp 30 ribu per kilogramnya. Curah hujan tinggi membuat gagal panen pada beberapa sentra penghasil cabai, sehingga harga jual naik.
Kepala Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Kaltim Siti Farisyah Yana mengatakan, kenaikan harga cabai tidak hanya terjadi di Kaltim namun hampir seluruh daerah di Indonesia terjadi. Peningkatan harga cabai memang diakibatkan faktor musiman.
“Kenaikan harga komoditas cabai sangat dipengaruhi oleh iklim dan cuaca ekstrem. Cuaca yang sedang tidak bersahabat ini yang membuat gagal panen, karena hama penyakit pada cabai, sehingga produksinya menurun,” jelasnya, Rabu (22/6).
Kekosongan stok ini yang membuat harga menjadi mahal. Apalagi, seperti yang diketahui bersama, kebutuhan cabai masih didatangkan dari luar Kaltim, utamanya Jawa Timur. Panen di sentra cabai tersebut bisa dilakukan 10-11 kali, dengan jarak hanya 3-5 hari jeda panen. Sekali panen setidaknya bisa mencapai 18-20 ton. Namun, jika musim hujan, produksi bisa menurun 25 persen.
Untuk kebutuhan Kaltim setidaknya dari Jawa Timur, mengirim 30 ton untuk sekali pengiriman. Tingginya curah hujan membuat produksi tidak maksimal, banyak cabai yang busuk sehingga produksi menurun. Sedangkan produksi lokal di Kaltim masih sangat rendah, setidaknya hanya 30 persen dari kebutuhan.
Isu kelangkaan persediaan, gagal panen, dan tingginya ketergantungan terhadap stok dari luar Kaltim, merupakan beberapa isu yang selalu muncul, terutama menjelang hari besar keagamaan seperti saat ini.
“Untuk itu, DPTPH selalu mengajak baik para petani maupun ibu rumah tangga dan masyarakat memanfaatkan pekarangan rumah yang ada, untuk menanam tanaman cabai. Ini sangat penting dan wajib dilakukan oleh masyarakat, agar tidak kaget ketika harga cabai meroket,” ujarnya.
Cabai juga merupakan komoditas utama penyumbang inflasi Kaltim. Pemerintah Provinsi dalam hal ini bekerja keras dan melakukan berbagai kegiatan penyuluhan agar ketahanan pangan dengan komoditas cabai terjaga. Karena itu pihaknya berharap dapat meningkatkan produksi pangan utama. Ke depan, Kaltim tidak boleh tergantung pasokan cabai dari luar daerah.
Pihaknya meminta masyarakat Kaltim memahami kondisi tersebut. Yana mengatakan, pemerintah juga menyiapkan anggaran guna menjaga stabilitas harga pangan di masyarakat. Terutama untuk produksi pangan yang diproduksi dalam jangka pendek, misalnya menanam jagung hanya 3 bulan sampai 100 hari, menanam padi juga hanya butuh 4 bulan.
Menanam aneka tanaman buah dan sayur dengan memanfaatkan pekarangan dan luas lahan yang ada. Hal ini dapat membantu masyarakat memenuhi kebutuhan harian. “Saat ini, cuaca memang sedang ekstrem, sehingga wajar jika harga-harga komoditas utamanya cabai mengalami peningkatan,” pungkasnya. (ndu/k15)
Catur Maiyulinda
@caturmaiyulinda