SAMARINDA – Permukiman padat penduduk membuat musibah kebakaran rentan terjadi. Meski bisa dicegah, pencegahannya masih sulit untuk diterapkan. Belum lagi warung kelontongan yang menjual BBM eceran, jumlahnya semakin menjamur.
Namun, dalam satu tahun ada fenomena terjadinya kebakaran secara masif. Seperti yang diungkapkn Kepala Dinas Pemadam Kebakaran (PMK) dan Penyelamatan Samarinda Hendra AH. Dia menyebut musibah kebakaran tahun ini paling banyak terjadi Meli lalu hingga awal bulan ini. “Momennya pasti bertepatan dengan Ramadan dan setelah Lebaran dari itu,” ungkapnya, Rabu (22/6).
Berdasarkan informasinya yang masuk dalam data Dinas PMK Samarinda, sebanyak 24 kejadian kebakaran terjadi pada Mei lalu. Paling fatal adalah kebakaran yang menewaskan delapan orang di dalamnya di Jalan AW Sjahranie, Kecamatan Samarinda Ulu. Namun, lanjut Hendra, yang paling penting dalam sebuah ruko adalah pintu darurat. Hal itu juga telah disosialisasikan pihaknya melalui kecamatan dan kelurahan.
Untuk selanjutnya akan ada program pendataan rumah yang berada di kawasan permukiman padat. Khususnya dalam memeriksa instalasi listrik dari masing-masing rumah.
Targetnya dari setiap kelurahan bisa mencapai seribu rumah. Terutama yang berasa dari warga miskin yang memiliki bangunan kayu dan saling berdempetan dengan rumah lainnya. “Kami sudah mendata di dua kelurahan, di Pelita dan Sidomulyo. Karena musibah kebakaran paling rentan disebabkan korsleting listrik,” pungkasnya. (kpg/hun/dra)