Raut duka tidak bisa disembunyikan dari wajah Jumali Abdul Malik, pria asal Magetan yang kini berdomisili di Ngawi, Jawa Timur. Kedatangannya ke Samarinda Senin (20/6) lalu, bukan tanpa sebab. Dia menjadi ahli waris atas meninggalnya kakaknya, almarhum Muhadi, untuk menerima santunan Rp 48 juta, yang merupakan program kerja sama Baznas Samarinda dengan BPJS Ketenagakerjaan.
MUHADI merupakan marbot (kaum) di Masjid Nur Iman, Jalan M Said, Perumahan Vila Elektrik Mas, Kecamatan Sungai Kunjang, yang meninggal Selasa (17/5) karena kecelakaan kerja saat membantu renovasi masjid. Dia terdaftar dalam program pendistribusian dan pendayagunaan melalui BPJS Ketenagakerjaan yang diinisiasi Baznas Samarinda
Jumali kaget saat menerima kabar duka dari WhatsApp (WA) grup pada Mei lalu. Bahwa Muhadi merupakan sosok yang baik, ringan tangan, dan bertanggung jawab. “Kami sampai lemas saat mendengar kabar itu (meninggal), namun tidak lama diberi kabar, diminta untuk datang ke Samarinda menerima santunan ini. Rencana uang akan dipakai untuk kegiatan selamatan 40 hari meninggalnya kakak, sisanya dibagikan ke masjid-masjid sebagai amal jariah kakak,” ucapnya, Selasa (21/6).
Tidak berbeda, rasa kehilangan disampaikan Ketua Takmir Masjid Nur Iman Sunardi yang tidak menduga kehilangan sosok Muhadi. Bahwa Muhadi telah mengabdi di masjid tersebut sekitar 20 tahun, di mana saat masjid masih berbentuk musala. “Sosoknya aktif dan bersih dalam pekerjaan. Juga ringan tangan membantu warga di sekitar masjid. Duka itu masih dirasakan warga dan jamaah masjid di sini,” ujarnya.
Ditemui terpisah, Kepala Baznas Samarinda Widyasmoro Eko Prawito menerangkan, program kerja sama BPJS Ketenagakerjaan saat ini baru mendaftarkan 1.500 orang, dengan target 3 ribu orang mustahik. Meliputi imam dan marbot masjid-musala, petugas fardu kifayah, serta guru ngaji, baik yang ada di masjid-musala maupun yang datang dari rumah ke rumah.
“Mereka mendapat kecelakaan dan meninggal dunia. Iuran Rp 16.800 rutin kami bayarkan ke BPJS Ketenagakerjaan setiap bulan yang dananya berasal dari infak, zakat, dan sedekah para muzaki yang aktif memercayakan pengelolaannya ke Baznas,” ucapnya, Selasa (21/6).
Dia menegaskan, bantuan tersebut merupakan bukti penyaluran atas dana yang rutin disalurkan melalui Baznas Samarinda. Bahwa sistem pengelolaan sudah terkoneksi dalam aplikasi sistem informasi manajemen Baznas (Simba), sehingga semua data dari muzaki hingga pendistribusian tercatat dengan baik. “Karena selama ini mereka (imam, marbot, guru ngaji, dan petugas fardu kifayah) tidak di-backup program jaminan tersebut. Padahal, mereka juga berisiko. Semoga tahun depan bisa terus kami tingkatkan,” tutupnya. (dra/k8)
DENNY SAPUTRA
@dennysaputra46