Lima tahun berlalu, teror ’’Ibu’’ (Ayu Laksmi) dalam film Pengabdi Setan berlanjut ke sekuelnya yang berjudul Pengabdi Setan 2: The Communion. Perjalanan singkat Rini (Tara Basro) dan keluarganya pascapindah dari rumah lama tersaji di dalam trailer berdurasi dua menit yang resmi dirilis (16/6).
Sebagai sutradara, Joko Anwar menuturkan bahwa cuplikan adegan tersebut dipilih untuk merepresentasikan jalan cerita di film. Trailer dibuat secara matang dan sejujur-jujurnya agar ekspektasi penonton sesuai ketika menyaksikan filmnya pada Agustus mendatang.
Pengabdi Setan 2: The Communion berlatar di sebuah kompleks rumah susun di Jakarta. Lokasi tersebut dipilih lantaran memiliki benang merah dengan film pertamanya. Pada akhir cerita Pengabdi Setan, Rini bersama keluarganya pindah ke kota untuk menghindari peristiwa mencekam yang mereka alami di rumah lama.
Selain itu, menurut Joko, banyak pengalaman maupun pelajaran yang didapat ketika menjadikan rumah susun sebagai lokasi syuting. Misal, dari segi teknis dan nilai estetika film. ”Ada tantangan yang belum pernah kami lakukan. Ya supaya film Indonesia ada terobosan dari segi penceritaan dan lainnya,’’ kata Joko saat konferensi pers di Epicentrum XXI, Jakarta Selatan.
Setidaknya butuh waktu empat bulan untuk mencari rumah susun yang cocok dan sesuai dengan gambarannya. Tim produksi mencari hingga ke Bandung, Jawa Barat. Joko mengungkapkan, lokasi yang dijadikan tempat syuting tersebut didapat dari rekomendasi salah seorang pengikutnya di Instagram. Rumah susun tersebut rupanya sudah kosong selama 15 tahun. ”Jadi, dari pertama kami masuk auranya sudah rusun pengabdi setan banget gitu,’’ ujarnya.
Joko menyatakan, timnya memakai hampir seluruh sudut yang ada di rusun tersebut. Kecuali lantai 7 yang memang sudah diwanti-wanti oleh penjaga untuk tidak dimasuki.
”Itu terlarang. Pernah ada yang masuk dan sesuatu yang tidak diinginkan terjadi,’’ jelasnya. Sayang, Joko enggan membeberkan pengalamannya lebih mendalam. Pihaknya juga sepakat untuk merahasiakan rusun tersebut hingga filmnya dirilis. ”Supaya tidak sensasional,’’ tegas dia.
Di sana, mereka menjalani syuting selama dua bulan. Selain itu, Pengabdi Setan 2: The Communion juga mengambil latar era 1985. Lokasi syuting di-setting dengan detail untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan natural. Joko menyebut bahwa filmnya nanti juga diperkuat dengan efek CGI.
Pengerjaan yang dilakukan tim produksi berhasil menampilkannya dengan apik. ”Gabungan syuting real life dan CGI. Ada 400 shoot. Pengerjaannya sangat intensif. Tapi karena mulus banget, kami enggak mau ngasih tahu mana CGI dan riil,’’ kata Joko, lalu tertawa.
Pengabdi Setan 2: The Communion dirilis lima tahun setelah film pertama karena direncanakan dengan matang. Profil seluruh karakter yang ada dibuat mendalam. ”Mau yang dapat dialog atau enggak, mereka tahu lahir di mana, besar di lingkungan seperti apa, sekolah di mana, dan zodiaknya apa,’’ jelas dia.
Joko juga turun langsung memilih para pemeran. Pengabdi Setan 2: The Communion tidak hanya menghadirkan para pemain lama, tetapi juga tokoh-tokoh baru. Selain Tara Basro, Endi Arfian, Bront Palarae, Ayu Laksmi, Nasar Anuz, Egi Fedly, juga ada Ratu Felisha, Jourdy Pranata, Muzakki Ramadhan, dan lainnya. (shf/c6/ayi)
Kekuatan Pengabdi Setan 1
• Rilis pada 28 September 2017, Pengabdi Setan menjadi film horor terlaris dengan jumlah penonton lebih dari 4,2 juta sebelum digusur KKN di Desa Penari yang kini tak hanya menjadi film horor terlaris, tapi juga film Indonesia terlaris.
• Mendominasi kategori di Festival Film Indonesia 2017. Dari 13 nominasi yang masuk, Pengabdi Setan memborong 7 Piala Citra.
• Tayang di 42 negara. Mulai Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, Amerika Serikat, hingga Belanda.
• Biaya produksinya lebih dari Rp 2 miliar. Namun, film itu berhasil meraup untung berkali lipat. Pendapatan bersihnya terhitung sekitar Rp 147 miliar.