BALIKPAPAN—Tahun 2020, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) telah meluncurkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Academy. Bentuk komitmen terhadap pemerintah dan masyarakat, agar bersama-sama membangun perekonomian negeri lebih baik lagi pada masa pandemi maupun setelahnya.
Ketua Apindo Kaltim Slamet Brotosiswoyo menyebut, UMKM sebagai saka guru perekonomian di Indonesia. Bahkan pada 1998, UMKM menjadi penyelamat pahlawan ekonomi bangsa dari krisis moneter yang terjadi kala itu.
Dia menjelaskan, pandemi 2020-2021 telah menghantam semua sektor usaha. Namun dibandingkan perusahaan besar, UMKM lebih fleksibel. Sehingga, kondisi sekarang bisa menjadi kesempatan emas bagi pelaku UMKM. “Belajar dari situasi di tengah Covid-19, banyak perusahaan besar kolaps, bangkrut lalu selesai. Tapi, tidak dengan UMKM. Mereka masih terus tumbuh,” ujar Slamet.
Namun saat ini, UMKM terpukul dari sisi demand and supply. Apalagi meroketnya harga bahan pokok begitu berdampak. Tetapi diyakini, UMKM sebagai pelaku usaha mayoritas, jika berhasil dibenahi, maka setidaknya bisa menjadi langkah untuk mengurangi laju angka kemiskinan dan pengangguran agar tidak terlalu dalam.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah pula, Apindo berusaha menjembatani keperluan UMKM dengan pengusaha, pakar ekonomi, dan pemerintah melalui kegiatan webinar series, pembelajaran online, dan pendampingan berkelanjutan dalam pemberian materi dan konsultasi, pendampingan pengembangan usaha, inkubasi startup serta vokasi kewirausahaan melalui program Apindo UMKM Academy tersebut.
Menjadi wadah belajar bagi pelaku UMKM di Indonesia naik kelas, ke skala usaha yang lebih besar. Kaum perempuan pun banyak mendominasi UMKM. Maka, pihaknya menggaet Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) untuk berkolaborasi belajar dan mengangkat ekonomi Indonesia bersama.
Karena untuk bisa berkembang, UMKM harus memiliki kemitraan yang baik dengan usaha besar. Itu sebagai sarana transfer pengalaman dan teknologi termasuk mendapatkan bimbingan dalam mengembangkan usaha.
Sebab, selama ini banyak inisiatif bagus dari pelaku usaha. Namun, banyak informasi kurang menyatu, sehingga tidak berjalan. Melalui program itu, dia berharap Apindo benar-benar membantu sekaligus memberikan solusi tepat bagi UMKM.
UMKM Academy mempunyai misi memajukan bisnis UMKM Indonesia, menaikkan kelas UMKM, dan memasyarakatkan kewirausahaan. Kemudian berperan mendukung penguatan keterlibatan UMKM dalam percepatan pertumbuhan ekonomi.
Sehatnya perekonomian sebuah negara, kata Slamet, tecermin dari pertumbuhannya yang tinggi dan terlibatnya semua sektor usaha di dalamnya. “Perekonomian disebut tinggi jika adil dan memberikan kesempatan yang sama dalam lingkup yang dinamakan sebagai demokrasi ekonomi. Di sinilah UMKM memiliki arti penting bagi perekonomian. Seluruh ekosistem yang memungkinkan UMKM bisa tumbuh berkembang dan naik kelas,” ujar Slamet.
Kerja sama dengan Iwapi sekaligus mengakselerasi upaya Apindo mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) dalam Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Sudah lama dibahas, Slamet berkata, pengembangan itu tidak hanya tentang IKN, tapi juga masyarakat Kaltim.
“Banyak hal bisa dikembangkan. Tetapi pertama harus menyiapkan SDM lebih mapan. Sekarang pun Titik Nol IKN telah menjadi tujuan wisata, maka masyarakat di sekitar IKN bisa membuat kerajinan atau suvenir. Juga kesiapan catering karena nantinya bakal kedatangan 200.000 pekerja,” bebernya.
Ketua Umum Iwapi Kaltim Ernawaty Gaffar mengatakan, Apindo Kaltim memberikan perhatian besar terhadap pelaku UMKM. Asosiasi itu pun beranggota pengusaha besar yang telah menjalin kerja sama dengan berbagai negara seperti Malaysia maupun Jepang.
Sehingga diharapkan, kolaborasi yang dilakukan bisa lebih memperkuat UMKM lokal. Bicara UMKM, Erna –sapaan akrab Ernawaty Gaffar-- menyebut, hampir 80 persen anggota UMKM-nya bergerak di bidang kuliner. Sedangkan selama pandemi Covid-19 terjadi pertumbuhan UMKM mencapai 70 persen.
“Melalui Apindo UMKM Academy bisa muncul usaha-usaha baru. Kami juga tengah bersiap merambah usaha ke IKN, seperti kuliner, laundry, salon, handy craft, SPBU maupun UMKM center sebagai pusat oleh-oleh,” jelasnya.
Mengenai Apindo UMKM Academy, itu sejalan dengan program Iwapi yang secara berkala melakukan pendampingan terhadap UMKM melalui pelatihan. Hasilnya, beberapa telah berhasil melakukan ekspor. Juga sudah bekerja sama dengan supermarket dan instansi terkait.
Dari data, dia menyebut, anggota UMKM di bawah naungan Iwapi Kaltim ada sekitar 25 ribu. Erna mengungkapkan, persoalan permodalan masih menjadi kendala.
Kendati demikian, Iwapi dan Pertamina melalui corporate social responsibility (CSR), sempat menggelontorkan dana bantuan bergulir sebesar Rp 10 miliar yang disalurkan kepada pelaku UMKM di seluruh DPC Iwapi Kaltim. lalu pinjaman lunak tanpa bunga selama tiga tahun dengan biaya paling besar Rp 200 juta dan paling kecil Rp 25 juta.
“Tahun ini, kami belum ada kerja sama lagi. Tapi, diharapkan nanti bisa berlanjut. Juga bisa mendapatkan CSR dari pihak lain untuk membantu UMKM di daerah-daerah kecil di Kaltim agar merata,” pungkasnya. (rom/k15)
ULIL
[email protected]