Sejak usia SMP, Salawaty sudah bisa membuat beberapa jenis kue kering. Hasil autodidak karena sang ibu memiliki usaha serupa. Semakin tertarik, dia pun mengembangkan potensinya. Menjadikannya hobi yang kini terus menghasilkan.
MEMULAI usaha tepat pada 2007 lalu. Salawaty atau karib disapa Lala pun mengenalkan kue kering buatannya. Promosi berlangsung hanya dari mulut ke mulut. “Jualannya juga hitungan jari, karena masih awal. Pelan-pelan karena konsisten mulai naik pesanannya,” ungkapnya.
Merasa masih kurang ilmu, Lala pun mengasah kemampuan lewat berbagai kursus hingga privat kelas khusus olahan aneka kue. Termasuk melalui komunitas, yakni Baking Lovers Community (BLC) Samarinda. Berbagi dengan kawannya tentang berbagai resep.
“Untuk update berbagai varian jenis kue, ya saya ikut kursus. Awal mula banget ya kue kering, baru ketika sudah tahu ilmunya atau tahu cara bikinnya, bikin kue-kue basah atau tradisional,” lanjut perempuan kelahiran 1976 itu.
Ketika teknologi semakin maju, media sosial semakin akrab, Lala pun menjajal Facebook dan Instagram sebagai media promosi. Produk olahannya pun semakin dikenal sebagai usaha kue rumahan.
Hingga kini, jagoan dari usahanya adalah kue kering. Memenuhi pesanan pada momen, seperti Lebaran, Iduladha serta Natal. Tahun ini, dia membuat sedikitnya 700 stoples pesanan kue kering.
Bahkan sejak tiga tahun terakhir, berawal dari rekomendasi hingga dia menjalin kontrak untuk menyediakan aneka kudapan setiap pagi untuk salah satu bank di Samarinda.
“Jadi sudah ada jadwal, misal Senin kuenya apa saja, Selasa nanti buat apa. Dikirim ke kantor bank tersebut. Termasuk ini juga tahun ketiga saya punya reseller untuk usaha kue kering, Balikpapan dan Sangatta,” papar ibu dua anak itu.
Walau diakui ketika pandemi awal 2020 lalu usaha yang dijalaninya mengalami penurunan 20-30 persen. Begitu juga di 2021 yang menurutnya masih berada di angka yang sama. Namun, kini pada 2022 dikatakan sudah mulai kembali normal. Memasarkan sedikitnya 12 varian kue kering.
Semua yang dijalaninya adalah proses. Melayani, membuat pesanan, hingga mengantarkan ke pembeli dilakukan sendiri. Sejak 2015, sudah ada beberapa yang karyawan yang membantu.
“Sistemnya berdasarkan pesanan, jadi kalau ada pesanan baru turun kerja. Untuk kue kering khusus ada tiga orang, untuk pesanan harian ada satu orang lagi. Termasuk saya juga masih bikin, jadi malam sudah buat adonan. Tinggal pagi diselesaikan karyawan,” bebernya.
Sejak merintis usaha, Lala mempertahankan kualitas dan rasa. Sehingga, sebagian besar pelanggannya adalah mereka yang sudah kenal sejak lama. “Ada juga yang beberapa minta saya buka privat, tapi masih belum. Soalnya saya kan juga kerja, jadi masih cari waktu, semoga bisa,” lanjut Lala. (ndu/k15)
Raden Roro Mira
@rdnrrmr