Sungai Mahakam adalah titik mula dari segala kisah. Mulai sumber kehidupan hingga saksi berkembangnya peradaban.
NOFFIATUL C, Kutai Kartanegara
CARA lain belajar soal budaya di Kaltim, bisa dengan menyusuri Sungai Mahakam. Sebab, dahulu, perkembangan peradaban masyarakat Bumi Etam tidak jauh dari keberadaan sungai sepanjang 980 kilometer tersebut. Nah, kini sudah banyak penyedia fasilitas wisata edukasi yang menjadikan Sungai Mahakam sebagai salah satu rute napak tilas masa lalu tersebut.
Berangkat menggunakan kapal wisata dari Dermaga Samarinda Ilir, Samarinda, membutuhkan waktu sekitar dua jam. Selama perjalanan, Anda dipastikan takkan bosan. Sebab, selama itulah Anda akan menyaksikan geliat kehidupan masyarakat di sekujur bibir Sungai Mahakam.
Mata akan disuguhi pemandangan kemegahan jembatan dan mal yang dibangun di tepi sungai. Tak lama kemudian, pemandangan berganti ke suasana industri di mana terdapat kompleks pabrik pengolahan kayu di sekitar kawasan Loa Buah, Samarinda, yang pernah jaya pada dekade 90-an.
Lebih ke bagian hulu sungai, giliran jetty batu bara di sekitar Loa Kulu, sang pemompa ekonomi baru di Kaltim. Pemandangan tongkang berisi batu bara yang berseliweran bisa Anda saksikan lebih dekat.
Fajar Alam selaku ahli cagar budaya LSP Kebudayaan Kemendikbud mengatakan, kebudayaan tepi sungai sudah ada sejak zaman kerajaan. Masyarakat perlu dekat dengan sungai karena keperluan pemenuhan kebutuhan pangan, transportasi, hingga industri saat ini. "Juga tempat peribadatan dan dahulu perkuburan masyarakat di dekat sungai," kata Fajar.
Maka, jangan heran jika Kerajaan Kutai Kartanegara yang tiga kali berpindah, baik dari Kutai Lama, Jembayan, hingga di Tenggarong saat ini, juga tak bisa jauh dari sungai.
Sisa peninggalan ini jadi bukti. Maka itu, sisa peninggalan sejarah yang menjadi cagar budaya mesti dilestarikan untuk menjadi bahan kajian. Kepala Badan Pelestarian Cagar Budaya Kaltim Muslimin AR Effendy pun mengatakan, pihaknya berusaha mengenalkan ke pelajar bagaimana sejarah peradaban di daerahnya. Mulai menyusuri sungai hingga ke Museum Mulawarman.
"Mereka bisa lihat langsung. Apa saja yang bisa mereka pelajari dari sungai, lalu ke museum, dan cagar budaya peninggalan dahulu. Makanya, kami coba undang ratusan peserta dari seluruh Kaltim," jelasnya.
Apalagi, museum dan cagar budaya lainnya di Tenggarong terintegrasi. Kapal bisa berlabuh langsung di dermaga depan Museum Mulawarman. Lalu, langsung menuju Museum Mulawarman, kompleks permakaman raja-raja, Masjid Jami Adji Amir Hasanoeddin, dan Rumah Besar Sangko.
Perlu diketahui, di museum, pengunjung tidak hanya belajar soal Kesultanan Kutai Kartanegara. Tetapi juga kerajaan lain di Kaltim. Di sini juga tersedia ragam cendera mata sebagai oleh-oleh. Setelah ke museum, perjalanan bisa dilanjutkan ke permakaman raja-raja yang masih satu kompleks museum. Jika Anda muslim dan waktu salat tiba, jangan lewatkan menunaikan salat di Masjid Jami Adji Amir Hasanoeddin yang berada di belakang museum. Perjalanan bisa dilanjutkan ke Rumah Besar Sangko dengan berjalan kaki, sambil menikmati suasana Tenggarong. Di rumah besar ini, sekarang juga menjadi sanggar seni kebudayaan Kutai.
Jika kunjungan sudah tunai, bisa bersantai di Tepian Mahakam depan Museum dengan menyantap aneka jajanan yang dijual pedagang di sekitar situ. Jika semua sudah tunai, bisa langsung kembali menyusuri sungai ke Samarinda, sambil menikmati matahari terbenam yang indah dari atas kapal. (ndy/k8)