APBN Surplus, Pembiayaan Utang Turun

- Rabu, 25 Mei 2022 | 12:01 WIB

JAKARTA – Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kembali mendapat angin segar. Menkeu Sri Mulyani Indrawati menuturkan, hingga April 2022, APBN mencatat surplus besar.

Ani menjelaskan, surplus April 2022 mencapai Rp 103,1 triliun. Padahal, pada April tahun lalu, APBN masih defisit Rp 138,2 triliun.

Menkeu mengatakan surplus terjadi karena realisasi pendapatan negara lebih tinggi dari belanja pemerintah. Kemenkeu mencatat, pundi-pundi pendapatan negara mencapai Rp 853,9 triliun hingga akhir April 2022. Sementara untuk belanja negara tercatat Rp 750,5 triliun.

Dengan raihan itu, maka APBN sudah empat bulan beruntun mencatat surplus. ‘’Postur APBN sampai akhir April sangat surplus sangat besar, dari keseimbangan primer dan total balancenya,’’ ujarnya pada konferensi pers, kemarin (23/5).

Dari sisi pendapatan negara yang moncer itu disumbang dari penerimaan pajak sebesar Rp 567,7 triliun, bea cukai Rp 108,4 triliun, dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp 177,4 triliun.

Ani menjelaskan, penerimaan pajak yang melonjak itu dipicu oleh beberapa aspek. Salah satu yang paling berpengaruh yakni pergerakan harga komoditas yang terus melambung serta dorongan pemulihan ekonomi yang terus berjalan.

Sementara untuk belanja negara ditopang oleh belanja pemerintah pusat sebesar Rp 508 triliun, yang meliputi belanja KL Rp 253,6 triliun dan non-KL Rp 254,4 triliun. Di mana komponen terbesar adalah subsidi energi Rp 46,4 triliun dan kompensasi BBM dan listrik Rp 18,5 triliun. Sementara itu transfer ke daerah dan dana desa terealisasi Rp 242,4 triliun.

Menkeu melanjutkan, keseimbangan primer pada April 2022 pada level positif, yakni mencapai Rp 220,9 triliun. ‘’Keseimbangan primernya positif nggak kecil, tetapi gede banget,’’ imbuhnya.

APBN tercatat surplus 0,58 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sebagai konsekuensinya, pembiayaan anggaran jadi drop hanya terealisir Rp 142,7 triliun.

Pembiayaan APBN melalui utang pun turun drastis. Pada April 2022, realisasi pembiayaan utang mencapai Rp 155,9 triliun. Jumlah itu turun signifikan dibanding April 2021 yang mencapai Rp 414,9 triliun. Ani menyebut kondisi itu menggambarkan bahwa APBN sudah mulai terkonsolidasi atau pulih kembali.

‘’Ini adalah suatu prestasi konsolidasi APBN yang sangat baik. Tentu kita menggunakan seluruh surplus ini seperti yang kita sampaikan di DPR kemarin adalah untuk menjadi shock absorber dari guncangan yang terjadi sekarang ini,’’ jelas mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu.

Sejalan dengan itu, Ani menyebut pemulihan ekonomi terus berlanjut. Hal itu dapat tercermin dari berbagai aktivitas ekonomi yang kini kembali normal di sejumlah wilayah.

‘’Kegiatan-kegiatan di daerah sudah mulai normalize. Hotel mulai pulih, parkir mulai pulih, restoran mulai pulih,’’ imbuhnya.

Pada kesempatan yang sama, Dirjen Pengelolaan, Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman menambahkan, dengan defisit yang rendah itu maka pemerintah tidak merealisasikan rencana penerbitan utang hingga Rp 100 triliun. Itu didapat karena defisit APBN 2022 diproyeksi lebih rendah, yakni dari 4,8 persen menjadi 4,5 persen terhadap PDB.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X