Kasus Hepatitis Akut Masih Abu-Abu, PTM Tetap Melaju

- Rabu, 25 Mei 2022 | 11:45 WIB

JAKARTA – Adanya penyakit hepatitis misterius yang menyerang anak di bawah 16 tahun masih menjadi kekhawatiran. Penyelidikan untuk menmukan biang dari penyakit ini masih dilakukan. Salah satu fungsinya untuk mengetahui penyakit ini menular lewat media apa. Meski masih abu-abu, pemerintah merasa percaya diri untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah.

Belum ada aturan khusus yang dibuat terkait penyakit hepatitis akut misterius yang banyak menyerang anak-anak ini. Plt. Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Anang Ristanto mengatakan, pihaknya masih mengacu pada SKB Empat Menteri terbaru untuk penyelenggaraan PTM. Menurutnya, dalam SKB tersebut secara jelas diatur mengenai protokol kesehatan (prokes) hingga pelaksanaan PTM yang masih berkaitan dengan kondisi PPKM. Yang mana, prokes pencegahan hepatitis akut selaras dengan prokes untuk PTM dalam SKB tersebut.

”Secara spesifik belum mengatur soal hepatitis akut ini,” ujarnya dalam diskusi FMB9, (23/5). Kendati demikian, pihaknya pun terus berkoordinasi dengan Kemenkes dalam upaya pencegahan dan penanganan bilamana ada penemuan kasus. Kemendikbudristek juga sudah meminta dinas pendidikan untuk meningkatkan kewaspadaan dan bekerja sama secara solid dengan orang tua dan fasilitas kesehatan terdekat terkait penyakit ini.

Edukasi di sekolah-sekolah terkait upaya pencegahan penyakit misterius ini juga terus dilakukan. Termasuk, pembinaan para penjual jajanan di sekolah untuk bisa menjamin pola hidup sehat dan bersih di lingkungan sekolah.

”Kami juga memastikan sekolah melaporkan ke puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat kalau memang ada kasus yang dicurigai,” paparnya. Pantauan terhadap anak-anak di sekolah selama PTM di masa pandemi Covid-19 terus berlangsung. Tak terkecuali dalam kasus kemunculan penyakit hepatitis akut misterius ini. ”(Sejauh ini, red) laporan aman,” sambungnya.

Dengan kondisi saat ini, Anang meminta semua pihak tetap tenang dan bergotong royong untuk memenuhi hak anak mendapat pendidikan. Mengingat, anak-anak sudah lama tak mendapatkan PTM di sekolah.

Dalam kesempatan yang sama, Dirut RSCM Lies Dina Liastuti memahami soal mendesaknya anak untuk kembali ke sekolah dalam upaya mengejar pembelajaran mereka selama pandemi Covid-19. Namun, dia mewanti-wanti agar kehati-hatian tetap dikedepankan dalam mengantisipasi penyakit hepatitis akut ini.

”Hati-hati, tidak boleh panik. Tapi benar-benar hati-hati sekali karena sangat cepat sekali (keparahan penyakitnya, red),” ungkapnya.

Hal ini bercermin dari salah satu kasus terduga hepatitis akut yang ditangani RSCM sebelumnya. Lies mengaku, hepatitis akut ini kerusakan pada hati berat sekali dan keparahannya sangat cepat. Dari hasil laboratorium pasien anak tersebut, SGOT SGPT ada ribuan. Padahal, normalnya hanya berkisar 35 mikro per liter. Hingga akhirnya, dalam waktu 24 jam usai dibawa ke RSCM, sang pasien meninggal dunia.

Karenanya, semua pihak diminta sangat berhati-hati dengan melakukan langkah pencegahan dan mengetahui gejala-gejala yang harus diwaspadai. Untuk gejala misalnya, saat anak mengalami lemas, tidak nafsu makan, sakit perut, dan diare. Ketika itu terjadi, harus cepat diperiksakan ke dokter dan disarankan untuk melakukan cek darah. ”Lalu yang harus diperhatikan orang tua dan guru, bagaimana pola makan anak, cara makannya dan harus cuci tangan,” katanya.

Pastikan anak tidak sharing alat makan dan makanan yang memungkinkan perpindahan saliva. Kemudian, makanan harus dimasak dengan benar.

Kemarin (23/5) di Komisi IX DPR RI, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menyatakan ada lima hipotesis anak terserang penyakit hepatitis akut. Pertama adalah terinfeksi adenovirus. Virus ini biasanya menular lewat saluran penapasan. ”Saat pemeriksaan, kira-kira 70 persen mengandung adenovirus,” tuturnya.

Penyebab kedua adalah sindrom SARS CoV-2 yang sebelumnya tidak terdeteksi. SARS CoV-2 merupakan virus dari Covid-19. Ketiga karena obat, racun, atau paparan lingkungan. ”Kita tahu ada fenomena one health yang racun atau obat dari hewan ini dapat menular ke manusia,” ungkapnya.

Penyebab selanjutnya, diduga dari pathogen baru yang belum diketahui jenisnya. Kelima adalah kemungkinan varian Covid-19 anyar. Lima penyebab ini masih terus diteliti secara global. ”Yang masih terus berjalan adalah investigasi dari jaringan hati yang sudah dibiopsi dan transplatasi,” ujarnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X