Akibat Perubahan Iklim, Gelombang Panas di India Naik 100 Kali Lipat

- Senin, 23 Mei 2022 | 12:40 WIB
TERDAMPAK: Warga India minum air putih di tengah cuaca panas yang ekstrem yang saat ini melanda negara tersebut. (Independent)
TERDAMPAK: Warga India minum air putih di tengah cuaca panas yang ekstrem yang saat ini melanda negara tersebut. (Independent)

NEW DELHI-Gelombang panas yang memecahkan rekor di barat laut India dan Pakistan naik 100 kali dipicu oleh perubahan iklim. Analisis terungkap bahwa cuaca terik yang dulu diperkirakan setiap 3 abad, sekarang kemungkinan akan terjadi setiap tiga tahun.

Wilayah tersebut saat ini mengalami panas yang hebat. Ibu kota India New Delhi mencatat rekor baru pada Minggu di atas 49 derajat Celcius dan suhu puncak di Pakistan mencapai 51C. Jutaan orang menderita gagal panen, pemadaman air dan listrik. Ilmuwan iklim menghubungkan pemanasan global dengan peristiwa cuaca ekstrem bahkan dengan kenaikan 1,1C di atas suhu rata-rata global.

Studi lain yang dirilis pada Rabu (18/5) menunjukkan curah hujan ekstrem yang melanda Jepang selama Topan Hagibis pada 2019 membuat 67 persen terjadi oleh pemanasan global. Perubahan iklim meningkatkan akibat badai sebesar USD 4 miliar. Analisis terbaru lainnya menunjukkan banjir yang menghancurkan di Afrika Selatan dan Eropa, gelombang panas di Amerika Utara dan badai di Afrika tenggara yang dipicu oleh krisis iklim.

Para ilmuwan menggunakan 14 model komputer untuk menilai dua skenario, satu adalah dunia yang memanas saat ini dan yang lainnya adalah dunia tanpa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Mereka menemukan gelombang panas sejak 2010 naik 100 kali lebih, dan mungkin terjadi di dunia yang saat ini lebih panas. Ahli tersebut juga menemukan bahwa gelombang panas ekstrem seperti itu akan terjadi hampir setiap tahun pada akhir abad ini, bahkan jika emisi karbon menurun.

Penelitian menunjukkan bahwa perubahan iklim mendorong intensitas gelombang panas,” kata peneliti dr. Nikos Christidis.
“Suhu maksimum kemungkinan mencapai 50C di beberapa tempat di akhir minggu atau hingga akhir pekan, dengan suhu malam yang sangat dingin,” kata ahli lain Paul Hutcheon.

PBB melaporkan bahwa indikator global kritis dari krisis iklim sebetulnya sudah memecahkan rekor baru pada 2021. Hal itu ditandai dari naiknya lautan hingga tingkat emisi yang memerangkap panas di atmosfer. (jpc/luc)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X