Tak Patuh Minum Obat, Pengidap Hipertensi Berisiko Kena Komplikasi

- Sabtu, 21 Mei 2022 | 11:59 WIB

Dokter spesialis jantung menyatakan, penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi yang tak patuh minum obat memiliki risiko lebih tinggi terkena komplikasi kardiovaskular.

”Kepatuhan minum obat jika kurang optimal akan menyebabkan hipertensi menjadi tidak terkontrol. Akibatnya, meningkatkan risiko komplikasi kardiovaskular seperti stroke dan penyakit jantung iskemik,” kata dokter spesialis jantung Devie Caroline seperti dilansir dari Antara, Jumat (20/5).

Sekretaris Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Surabaya itu juga mengatakan, berdasar Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia berada di angka 34,11 persen. Sekitar 13,3 persen di antaranya tidak minum obat sama sekali dan 32,3 persen tidak rutin minum obat.

”Minum obat memang bukan hal pertama yang harus dilakukan untuk mengontrol tekanan darah. Gaya hidup sehatlah yang menjadi kunci. Namun, jika tidak berhasil, langkah selanjutnya adalah minum obat,” ucap Devie Caroline.

Devie menjelaskan, alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena merasa sehat (59,8 persen), kunjungan tidak teratur ke fasilitas pelayanan kesehatan (31,3 persen), minum obat tradisional (14,5 persen), menggunakan terapi lain (12,5 persen), lupa minum obat (11,5 persen), tidak mampu beli obat (8,1 persen), takut akan efek samping obat (4,5 persen), dan obat hipertensi tak tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan (2 persen).

Menurut Devie, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kepatuhan minum obat dipengaruhi berbagai faktor seperti kondisi kesehatan, motivasi diri, pengetahuan mengenai hipertensi, dukungan keluarga, sosial ekonomi, sistem kesehatan, dan terapi. ”Faktor yang berhubungan dengan kondisi kesehatan ini adalah yang sering sulit dihadapi. Hipertensi biasanya tidak bergejala, sehingga saat gejalanya muncul itu sudah kondisinya tidak terkontrol dalam sekian waktu,” papar Devie.

Agar penderita hipertensi bisa patuh minum obat, Devie mengungkapkan, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan. Misalnya, dengan menggunakan alat kesehatan elektronik yang saat ini sudah marak beredar. ”Misalnya, pengingat lewat SMS atau ada aplikasi di smartphone mengenai edukasi kesehatan,” imbuh Devie.

Selanjutnya, regimen pengobatan yang tadinya kompleks dari segi frekuensi, jumlah obat, dan durasi pengobatan, dibuat menjadi lebih sederhana. Misalnya dengan menggunakan pil kombinasi untuk mengurangi jumlah tablet atau pil yang diminum setiap hari.

Selain itu, lanjut Devie, penting juga untuk melakukan edukasi ke pasien. Misalnya, dengan melakukan kunjungan rumah setiap dua bulan untuk dilakukan edukasi dan konseling perilaku hidup sehat, konseling kepatuhan minum obat, dan penjadwalan konsultasi. ”Tujuan intervensi ini membantu pasien untuk memahami hipertensi, memahami pilihan terapi yang ada, dan memahami konsekuensi jangka panjang jika tekanan darah tidak diterapi dengan baik,” ujar Devie. (jpc) 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X