Sempat terhenti akibat pandemi Covid-19, imunisasi bagi anak-anak di Balikpapan kembali dimaksimalkan. DKK memasang target tinggi untuk mengejar ketertinggalan imunisasi.
BALIKPAPAN-Dinas Kesehatan Kota Balikpapan resmi meluncurkan program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), Rabu (18/5) di gedung Balikpapan Sport and Convention Center (BSCC) Dome. Upaya ini guna mengejar ketertinggalan imunisasi bagi anak-anak.
Kepala DKK Andi Sri Juliarty mengatakan, tahun ini, pihaknya baru bisa menggelar BIAN kembali. Karena terimbas pandemi Covid-19, cakupan imunisasi di Balikpapan disebutnya kurang maksimal.
“Sebenarnya kami masih menerima imunisasi. Tiap puskesmas tidak menutup layanan imunisasi. Hanya saja, Covid-19 membuat mobilitas masyarakat terganggu. Kami mencatat cakupan imunisasi per harinya hanya 84 persen. Biasanya kami bisa mencapai 95 persen,” terangnya, Rabu (18/5).
Dio, begitu ia akrab disapa menyebutkan, rata-rata yang melakukan imunisasi mencapai 5-10 ribu orang.
Menurutnya, dengan BIAN ini menandakan vaksinasi anak kembali berjalan maksimal. Saat ini pihaknya memaksimalkan 27 puskesmas, posyandu, dan sekolah. Namun, untuk sekolah masih belum berjalan karena beberapa sekolah masih ada yang ujian.
“Jadi kami memaksimalkan imunisasi di 27 puskesmas. Dalam satu bulan target kami ada 120.928 anak terimunisasi. Hari pertama BIAN target kami setidaknya ada 10.211 anak,” bebernya.
Pihaknya juga akan melakukan sweeping bagi anak yang terlewatkan atau yang bolong-bolong, dan yang belum imunisasi. Program ini diberi nama imunisasi kejar.
Adapun, imunisasi wajib adalah campak dan rubella. Selain itu ada vaksin polio, difetri, dan tetanus.
Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud mengatakan, Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan cakupan imunisasi rutin lengkap bagi anak di Balikpapan menjadi rendah. Dampaknya, ribuan anak di Kota Balikpapan berisiko lebih besar tertular penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, seperti difteri, tetanus, campak, rubella dan polio.
“Saya juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai kasus hepatitis akut yang mulai ditemukan di Indonesia, meskipun hingga saat ini belum masuk ke Balikpapan,” katanya.
Ia berharap masyarakat dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Pasalnya, sebagian besar penyakit bersumber dari kurangnya kedisiplinan menjaga kebersihan dan pola hidup yang tidak sehat. (ms)