Krisis ekonomi di Sri Lanka berlanjut ke semua kebutuhan pokok penduduk. Dari bahan pangan, BBM, gas, obat, dan lain-lain.
KOLOMBO–Perdana Menteri (PM) Sri Lanka Ranil Wickremesinghe menegaskan, persediaan bensin hampir habis. Beberapa SPBU bahkan sudah tutup. Di tempat yang masih buka, antrean mengular hingga 2 kilometer.
’’Saat ini kami hanya memiliki stok bensin untuk satu hari. Beberapa bulan ke depan akan menjadi situasi paling sulit,’’ tegas Wickremesinghe, seperti dikutip BBC. Harapan satu-satunya adalah pengiriman BBM dengan berutang pada India.
Dia mengungkapkan, negaranya membutuhkan uang asing senilai USD 75 juta atau setara Rp 1,09 triliun. Uang tersebut bakal digunakan untuk membayar impor kebutuhan penting.
Saat ini, untuk membayar gaji PNS, bank sentral memilih mencetak uang. Namun, hal itu tidak bisa dilakukan terus-menerus. Sebab, itu bisa memicu depresiasi atau mengurangi nilai mata uang mereka. Pemerintah pun berencana melakukan privatisasi pada maskapai pelat merahnya, SriLankan Airlines. (Jpc/luc/k8)