Imbas Larangan Ekspor CPO Meluas

- Jumat, 20 Mei 2022 | 09:58 WIB
ilustrasi
ilustrasi

Penderitaan petani kelapa sawit terancam makin parah. Selain tertekan harga tandan buah segar (TBS) yang terus menurun, mereka dibayang-bayangi tidak bisa menjual hasil panen. Sebab, keterisian tangki penampung minyak mentah kelapa sawit diperkirakan penuh Juni 2022.

 

SAMARINDA - Terbatasnya daya tampung crude palm oil (CPO) membuat pabrik kelapa sawit (PKS) bisa saja menghentikan penyerapan TBS kelapa sawit para petani. Hal ini harus menjadi atensi pemerintah, untuk segera membuka keran ekspor CPO. Imbas larangan ekspor ini sudah semakin luas.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Kaltim Kaltim Muhammadsjah Djafar mengatakan, sejak awal larangan ekspor CPO memang menjadi masalah baru. Sebab, daya tampung tangki CPO sangat terbatas. Di Indonesia dari 50 juta ton produksi CPO, 32 juta ton harus diekspor. Karena hanya 18 juta ton yang bisa diserap dalam negeri. Kapasitas simpan sangat terbatas.

“Bayangkan jika di Indonesia ada 32 juta ton yang harusnya diekspor jadi disimpan, maka akan oversupply. CPO ini punya jangka simpan yang terbatas. Tidak bisa terus kita serap TBS lalu diolah menjadi CPO lalu disimpan, tidak bisa. Satu-satunya kemungkinan memang memberhentikan penyerapan TBS, sebab mau ditaruh di mana CPO-nya,” tuturnya, Rabu (18/5).

Dia menjelaskan, saat ini tangki penampung CPO beberapa perusahaan mulai penuh. Jika larangan ekspor CPO tidak dicabut, PKS diramalkan akan berhenti membeli TBS produksi petani secara total pada pertengahan Juni 2022. Sebab, saat ini tingkat keterisian tangki penyimpanan CPO diperkirakan mencapai 50 persen pada akhir Mei 2022 di seluruh Indonesia.

“Sebenarnya, perusahaan kelapa sawit sudah mengurangi pembelian TBS milik petani. Sehingga, pada Juni bisa saja dihentikan,” sambungnya.

Saat ini, perusahaan kelapa sawit memprioritaskan pembelian TBS dari petani mitra. Namun, petani sawit mitra hanya berjumlah sekitar 7 persen dari total petani sawit di dalam negeri. Sehingga, kerugian yang dirasakan para petani kelapa sawit saat ini bisa berlipat ganda.

“Kita berharap presiden bisa segera menghapus larangan ekspor. Sehingga, permasalahan saat ini bisa segera teratasi. Harga TBS kembali normal dan perusahaan juga bisa menyerap buah sawit secara maksimal,” katanya.

Untuk diketahui, saat ini TBS kelapa sawit untuk petani yang tidak bermitra dengan perusahaan, tidak memiliki harga yang ideal, yakni Rp 600 - 1.200 per kilogram. Sedangkan untuk harga TBS para petani bermitra mencapai Rp 1.000-2.000 per kilogram. Padahal, harga TBS ideal saat ini adalah Rp 4.500 per kilogram, sedangkan harga TBS yang diterima petani Malaysia saat ini di level Rp 6.500 per kilogram. (ndu/k15)

Catur Maiyulinda

@caturmaiyulinda

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X