SEBAGAI sesama gelandang yang pernah meramaikan derbi London ketika masih memperkuat Chelsea dan Arsenal, Frank Lampard dan Patrick Vieira, mempunyai pendekatan melatih berbeda satu sama lain. Cara pendekatan mereka pun sedikit banyak berimbas pada capaian klub masing-masing.
Seperti dikutip Inews.co.uk, filosofi melatih Vieira lebih tentang kesabarannya dalam menangani anak asuhnya. Begitu pula ketika Paddy –sapaan akrab Vieira -- mengubah gaya main Palace yang semula defensive minded dengan bertumpu pada counter attack di tangan Roy Hodgson jadi attacking football.
Musim ini atau musim pertama menangani Palace, Paddy membuat klub berjuluk The Eagles itu masuk dalam tujuh besar klub dengan rerata tembakan per laga terbanyak. ”Yang aku inginkan hanya bagaimana aku bisa sepenuhnya menanamkan filosofiku kepada para pemainku sehingga mereka memahaminya dengan baik,” tutur Paddy kepada Evening Standard.
Mantan gelandang timnas Prancis ketika memenangi Piala Dunia 1998 dan Euro 2000 itu menyebut butuh setidaknya dua musim untuk membuat Palace bermain seperti keinginannya.
Berbeda dengan Paddy yang penyabar, karier melatih Lampard banyak dibebani ekspektasi. Terlalu cepat meninggalkan Derby County atau hanya semusim dan langsung menangani Chelsea. Dia pun ”dipaksa” lebih cepat memahami karakter permainan The Blues. Tekanan besar kembali dialami saat menangani Everton yang tengah terpuruk dalam ancaman degradasi.
Fansided mengklaim, Lampard dibebani ekspektasi supaya bisa memahami permainan Everton dalam lima hari. Cara kerja ala sistem kebut semalam itu pun diakui oleh Lampard dalam konferensi pers tadi malam. ”Aku merasa dalam waktu singkatku di sini (Everton, Red), instruksi-instruksiku belum berjalan sesuai dengan keinginan kami,’’ bebernya. (ren/dns)