KEPALA Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Paser Djoko Bawono mengungkapkan, sebenarnya jika seluruh petani telah bermitra dengan pabrik kelapa sawit (PKS), kecil kemungkinan harga akan anjlok seperti saat ini. Meskipun diakuinya sulit membuat kesepakatan petani dan PKS agar mau bermitra.
"Kelompok petani yang sudah bermitra dengan PKS, tidak ada yang berteriak harga anjlok," kata Djoko, Selasa (17/5).
Pemerintah, kata dia, terus mengupayakan agar kelembagaan petani bisa lebih baik lagi di tiap desa, sehingga efeknya kembali ke petani. Bupati Paser Fahmi Fadli, kata Djoko, sangat mendukung kemitraan ini bisa terjalin banyak, antara koperasi atau gabungan kelompok tani (gapoktan) dengan PKS, sehingga saat harga TBS naik atau pun turun, petani merasakan dampak positifnya.
Dari 18 PKS di Kabupaten Paser, Djoko menyebut baru dua PKS yang bermitra. Dua PKS, yaitu PT BIM di Kecamatan Batu Engau dan PT Buana Wirasubur Sakti (BWS) di Kuaro. Kemitraan tersebut berupa jual beli tandan buah segar (TBS) dan tandan kosong. Djoko mengakui kemitraan ini gampang diucapkan tapi sulit diwujudkan. Dia bersyukur sudah dua kemitraan terjalin. Setelah sekian lama diperjuangkan.
"Pelaksanaan di lapangan harus terwujud. Jangan sampai ini hanya di atas kertas saja," kata Djoko
Dia menambahkan, ada tiga PKS saat ini seperti mati suri, karena peralatannya ada yang sudah rusak dan kendala lainnya. Sehingga hanya 15 yang aktif.
Untuk PKS yang tidak memiliki kebun, Disbunak kata Djoko terus menekan pihak perusahaan agar mau bekerja sama dengan petani sekitar. Karena sejatinya keberadaan pabrik harusnya memberikan dampak ekonomi ke lingkungan sekitar.
"Yang lucunya lagi ada pabrik yang sudah lama beroperasi di Paser tapi tidak punya kebun," kata Djoko yang baru menjabat setahun sebagai kepala Disbunak. (jib/far/k15)