BALIKPAPAN- Kabar duka datang dari Sekretariat DPRD Kota Balikpapan. Anggota Komisi I Johny NG yang juga politisi dari Partai Golkar dikabarkan meninggal dunia pada Kamis (12/5) sore.
Kabar duka tersebut tersebar berantai di sejumlah grup WhatsApp jurnalis di Balikpapan, serta grup WhatsApp Pemkot Balikpapan. Beredar informasi almarhum meninggal saat dalam perawatan di ruang ICU di Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB).
Sehari sebelumnya, pria kelahiran Medan 5 Desember 1960 ini dikabarkan terkena serangan stroke dan langsung dilarikan ke RSPB.
Ketua Harian DPD Partai Golkar Balikpapan Andi Arif Agung yang tadi malam dikonfirmasi membenarkan kabar duka tersebut. Ia menyampaikan Johny NG terkena stroke pada Rabu (11/5).
Dari sejumlah informasi, Johny NG disebutkan juga mengidap penyakit diabetes sebelum menyerah dengan serangan stroke.
Dalam catatan media ini, Johny NG tergolong politisi senior di DPRD Balikpapan. Ia terpilih sebagai wakil rakyat Kota Minyak lewat Partai Golkar untuk tiga kali masa bakti, sejak 2009.
Menariknya, dalam berbagai laman di internet, mengacu pada Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) 2019 sesaat setelah dilantik untuk masa jabatan ketiga, Johny NG dinyatakan sebagai anggota DPRD Balikpapan terkaya.
Ia tercatat memiliki kekayaan senilai Rp 14,5 miliar. Itu kekayaan bersih. Setelah dipotong utangnya sebesar Rp 5 miliar. Harta kekayaannya meliputi tanah dan bangunan. Kemudian alat transportasi dan mesin, harta bergerak lainnya dan simpanan setara kas.
Tapi, jumlah kekayaan itu sejatinya sudah turun. Sebab, Johny NG mengaku kekayaannya saat pertama kali jadi anggota DPRD sudah sekitar Rp 30 miliar. Kekayaan itu didapatnya sebagai pengusaha. Justru saat di DPRD saat tak lagi fokus mengurus bisnis, jumlah kekayaannya menurun.
Dalam pengumuman LHKPN milik Johny NG, pria berdarah Tionghoa ini tercatat memiliki tanah seluas 158,21 hektare di Penajam Paser Utara (PPU). “Itu tanah usaha. Kebanyakan kebun sawit saya ada di PPU. Saya kan awalnya pengusaha sawit. Tanah punya saya itu sudah ada sebelum penetapan ibu kota negara,” katanya saat itu. (ms/k15)
ISMET RIFANI
ismet.rifani@kaltimpost.co.id