Di Balik Keberhasilan Nglanggeran Jadi Desa Wisata Terbaik Dunia

- Jumat, 13 Mei 2022 | 13:33 WIB
Kelompok Sadar Wisata Nglanggeran
Kelompok Sadar Wisata Nglanggeran

Tantangan terbesar Kelompok Sadar Wisata Nglanggeran adalah mengubah stigma pengangguran dari keluarga sendiri. Berhasil meraup 17 penghargaan nasional dan internasional.

 

Ilham Wancoko, Gunungkidul

 

AJUR mumur (hancur lebur) hati Aris Budiyono. Orang tua sendiri yang menegur karena dianggap tidak memiliki masa depan.

Dikecilkan mimpinya menjadi penunggu batu karena aktif menjaga konservasi Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunungkidul, Jogjakarta. ”Kamu mau makan batu, Le (Nak),” ujar Suratinah, sang ibu, seperti diceritakan kembali oleh Aris.

Teguran itu dilakukan karena Aris dinilai terlalu banyak menghabiskan waktu bersama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Nglanggeran. Sejak 1999, pokdarwis ingin mengejawantahkan mimpi menjadi desa wisata.

Modal utamanya gunung api purba, tapi pola pikir dan stigma masyarakat menjadi gunung penghalang tersendiri.

”Untuk menghapus mindset buruk pengangguran itu, kami membutuhkan waktu delapan tahun, dari 1999 hingga 2006,” kata salah seorang anggota utama sekaligus seksi pemasaran pokdarwis tersebut.

Pikiran buruk bahwa pemuda desa yang aktif di pokdarwis muncul karena memang belum jelas, baik penghasilannya, pekerjaannya, maupun aktivitasnya. Hanya terlihat luntang-lantung di Kalisong, base camp pokdarwis.

Padahal, di base camp itu, 85 pemuda dan pemudi mengatur strategi. Untuk membuat desanya mampu unjuk gigi, hidup dari potensi wisata yang belum terakui. ”Dulu awalnya 85 orang, dengan berbagai halangan tinggal 15 orang. Lalu, tinggal 9 yang jadi anggota utama,” ceritanya.

Tembok raksasa penghalang mimpi pokdarwis tidak hanya berasal dari orang tua. Istri para pemuda juga menjadi salah satu penggerus semangat. Aris mengatakan, anggota lainnya bernama Suranto, misalnya, sampai ribut-ribut dengan istrinya karena terlalu aktif di pokdarwis. ”Halangan dari keluarga ini memang berat,” jelasnya.

Semua itu tidak lain karena kondisi sosial masyarakat Desa Nglanggeran. Sebagian besar telah ”sukses” menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI).

”Saya pun sebenarnya pernah mencoba menjadi TKI,” ujarnya, lalu terkekeh.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X