Pil Pahit Kaltim dari Batu Bara, Tak Diberi Bantuan Pendidikan Ratusan Miliar, DBH Kalah Jauh dengan Jawa

- Jumat, 13 Mei 2022 | 11:29 WIB
Beasiswa ratusan miliar yang diberikan pengusaha pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) Kaltim, ke kampus luar Kaltim membuat geram Wakil Gubernur Hadi Mulyadi.
Beasiswa ratusan miliar yang diberikan pengusaha pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) Kaltim, ke kampus luar Kaltim membuat geram Wakil Gubernur Hadi Mulyadi.

Yang merasakan langsung dampak pertambangan adalah warga Kaltim. Sehingga idealnya bantuan beasiswa diprioritaskan untuk kampus dan masyarakat Kaltim. 

 

SAMARINDA-Beasiswa ratusan miliar yang diberikan pengusaha pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) Kaltim, ke kampus luar Kaltim membuat geram Wakil Gubernur Hadi Mulyadi. Potret itu menjadi salah satu contoh, apa yang telah dikeruk dari bumi Kaltim, tak sepadan dengan yang didapat provinsi ini. Baik dari pengusaha, maupun pemerintah pusat. Wagub menyesalkan adanya hal itu.

Dalam keterangannya di Kantor DPRD Kaltim (11/5), Hadi mengatakan, idealnya bantuan itu diberikan ke kampus-kampus dan anak-anak di Kaltim yang masih perlu bantuan. "Sebenarnya ini hanya satu kasus, kecewa ya pada semuanya. Karena saya sudah pelajari semua, hampir semua perusahaan PKP2B tidak serius memberikan CSR (corporate social responsibility)-nya ke Kaltim. Tetapi ini yang nyata di depan mata. Mudah-mudahan jadi titik temu buat kita, untuk mengoreksi semuanya," katanya.

Politikus Partai Gelora ini melanjutkan, selain soal keseriusan, ada juga yang sering dikritik Gubernur Isran Noor. Yaitu perusahaan yang produksinya meningkat, dan labanya naik, tetapi nominal CSR-nya tidak pernah naik. "Memang kita enggak ngerti matematik?" kritiknya. Hadi lalu membuka pengusaha batu bara di Kaltim yang memberi bantuan kepada perguruan tinggi di Pulau Jawa. Yakni dana Rp 100 miliar untuk Institut Teknologi Bandung (ITB), Rp 50 Miliar untuk Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Rp 50 Miliar untuk Universitas Indonesia (UI). Dari total ratusan miliar, dia menyayangkan tak ada bantuan sebesar itu untuk universitas negeri di Kaltim dari pengusaha batu bara

"Unmul (Universitas Mulawarman) mana, kok tidak ada? Wajar saya sebagai masyarakat Kaltim menyuarakan itu, wajar saya mempertanyakan itu," keluhnya.

Padahal, Hadi menyebut, sudah ada aturan harus memprioritaskan ring satu yang tertuang di peraturan menteri. Ironisnya, tak semua pengusaha melapor program CSR-nya. Apalagi, bagi pengusaha PKP2B, urusannya dengan kementerian pusat, jadi seakan-akan Kaltim tidak perlu tahu. Di depan awak media, Hadi mengamini pengusaha batu bara yang memberikan bantuan ke kampus luar Kaltim adalah bos Bayan Group. 

Dari penelusuran Kaltim Post, bos Bayan Group yaitu Dato' Low Tuck Kwong memang memberikan donasi kepada Universitas Indonesia sebesar Rp 50 miliar.

Hal ini diutarakan Kepala Biro Humas dan Keterbukaan informasi Publik UI Amelita Lusia, dalam keterangan resmi yang disampaikan pada 21 Oktober 2021 lalu. "Dato’ Dr Low Tuck Kwong memberikan donasi sebesar Rp 50 miliar sebagai dana abadi di mana hasil pengelolaan investasi dipergunakan sebagai beasiswa biaya operasional pendidikan," kata Amelita. Sementara itu, dilansir dari laman resmi ITB yang dipublikasikan pada 18 November 2020, disebutkan jika Dato’ Low Tuck Kwong dan Yayasan Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) telah memberikan bantuan biaya pendidikan untuk mahasiswa ITB sebesar Rp 100 miliar.

Dari donasi tersebut, 50 persen dipergunakan untuk pembangunan gedung dan 50 persen untuk beasiswa dalam bentuk endowment fund sebesar Rp 1,9 miliar yang didistribusikan dengan jumlah mahasiswa 174 orang dari 5 fakultas/sekolah dan 9 program studi. Selain itu, ada UGM yang mendapat donasi dari Low Tuck Kwong senilai Rp 50 miliar. Kesepakatan pemberian dana abadi untuk beasiswa pendidikan bagi mahasiswa UGM tertuang dalam nota kesepahaman pada puncak peringatan Dies Natalis ke-71 UGM pada 19 Desember 2020.

Kepada Kaltim Post, Kepala Bagian Humas dan Protokol UGM Dina W Kariodimedjo memaparkan, bantuan itu merupakan dana untuk beasiswa. "Ini dana program Sahabat UGM. Pengelola dana abadi UGM. Ditkeu (Direktorat Keuangan) bekerja sama dengan mitra manajer investasi. Pengelola dana investasinya adalah Ditmawa (Direktorat Kemahasiswaan). Skemanya dibuat oleh Ditmawa untuk penerima manfaatnya. UGM memberi laporan per tahun ke PYC. Hasil investasinya saja yang dimanfaatkan untuk beasiswa," kata dia kemarin.

Untuk diketahui, Bayan Group adalah salah satu produsen batu bara besar yang beroperasi di Kaltim. Dilansir dari situs resmi Bayan, perusahaan ini bekerja di 48 desa di Kalimantan Timur dan 4 desa di Kalimantan Selatan, yang berada di antara tujuh operasional tambang dan 3 terminal batu bara. Upaya pengembangan pemberdayaan masyarakat juga ditampilkan. Dalam laman resminya, disebut karena area terpencil dalam operasional tambang Bayan dan akses serta fasilitas pendidikan yang terbatas, Bayan bekerja sama dengan Sampoerna Foundation dan Universitas Surya, memberikan program beasiswa untuk sekitar 16 siswa untuk tahun 2014 dan 2017.

Selain itu, Bayan menyediakan pelatihan program pengembangan kualitas guru untuk 25 sekolah yang meliputi 60 guru di area Tabang (Kabupaten Kutai Kartanegara), dan jumlah ini akan ditingkatkan secara bertahap dalam waktu dekat. Sementara itu, anggota DPRD Kaltim Rusman Ya'qub mengatakan, memang pemberian bantuan untuk kampus di luar Kaltim tetap memiliki jasa berkontribusi untuk memajukan bangsa. Namun, tanpa mengerdilkan hal tersebut, kondisinya saat ini di Kaltim memerlukan hal bantuan beasiswa.

Diakui, universitas di Kaltim belum ada yang setenar universitas-universitas yang diberi bantuan oleh bos Bayan Group. Namun, justru itulah Kaltim dan masyarakat Kaltim perlu dibantu. Apalagi, yang merasakan langsung dampak pertambangan adalah warga Kaltim. Apalagi, saat ini Kaltim tengah berusaha memajukan SDM menyambut pemindahan Ibu Kota Negara (IKN). Tidak hanya perguruan tinggi, sekolah juga masih perlu banyak sentuhan. "Saya pernah mendapat kasus di Kutai Timur, ada SMK jurusan alat berat. Tapi tak punya alat berat untuk praktik. Sementara, tak jauh dari sekolahnya ada alat berat milik perusahaan tambang yang menganggur," jelasnya. Maka menurutnya, kepedulian perusahaan-perusahaan tambang terhadap pendidikan dan SDM di sekitarnya masih harus ditingkatkan lagi.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X