Ferry Fadzlul Rahman
Dosen Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan penyakit hepatitis akut sebagai kejadian luar biasa (KLB) setelah wabah misterius ini menjangkiti 169 anak di 12 negara. Kasus hepatitis akut parah pada anak-anak usia di bawah 16 tahun di Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Jepang dan Israel, dengan Inggris melaporkan jumlah kasus terbesar.
Pada 21 April 2022, setidaknya 169 kasus telah dilaporkan, dengan sekitar 10 persen membutuhkan transplantasi hati dan setidaknya satu kematian telah dilaporkan hingga saat ini. Indonesia juga melaporkan tiga anak meninggal dunia diduga karena penyakit ini.
Penyebab
Dugaan menurut laporan sementara WHO, penyebab terjadinya kasus hepatitis akut yang menyebar di beberapa negara adalah virus jenis Adenovirus telah terdeteksi dalam setidaknya 74 kasus. Selain itu, dugaan virus Covid-19 varian SARS-CoV-2 ditemukan 20 kasus.
Sebenarnya Adenovirus adalah patogen umum yang tergolong infeksi self-limited yaitu infeksi yang dapat sembuh sendiri. Biasanya berupa penyakit pada sistem pernapasan, tetapi tergantung pada jenisnya, juga dapat menyebabkan penyakit lain seperti gastroenteritis (radang lambung atau usus), konjungtivitis (mata merah muda), dan sistitis (infeksi kandung kemih).
Gejala
Gejala WHO telah menjelaskan definisi kasus probable hepatitis akut. Anak yang terindikasi terkena penyakit hati tersebut bukan disebabkan virus hepatitis A-E. Adapun pemeriksaan laboratorium harus menunjukkan peningkatan enzim hati. Gejala penyakit ini adalah mual serta muntah, diare, hingga ikterus (kuning di kulit dan mata). Sebanyak 58% pasien juga memiliki gejala berupa tinja berwarna pucat dan 29% mengalami demam.
Pencegahan
Untuk memperkecil kemungkinan tertular hepatitis akut ini, saran dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memberikan beberapa imbauan, agar masyarakat tetap tenang dan berhati-hati, mencegah infeksi dengan mencuci tangan, meminum air bersih yang matang, makan makanan yang bersih dan matang penuh. Lalu membuang tinja dan atau popok sekali pakai pada tempatnya, menggunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker dan menjaga jarak. Deteksi secara dini jika menemukan anak-anak dengan gejala-gejala seperti kuning, mual/muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran/kejang, lesu, demam tinggi memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.
Potensi masalah jika hepatitis tidak ditangani
Indonesia dalam laporan Kementerian Kesehatan 2014 merupakan negara dengan endemisitas tinggi hepatitis B, terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Myanmar.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 bahwa jumlah orang yang didiagnosis hepatitis di fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan gejala-gejala yang ada menunjukkan peningkatan dua kali lipat apabila dibandingkan dari data tahun 2007 dan 2013.