BALIKPAPAN - Euforia Lebaran tahun ini lebih terasa. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Balikpapan Sahmal Hurip mengatakan, berkah Idulfitri terasa tidak hanya restoran tapi juga perhotelan. Hal tersebut ditandai dengan okupansi kamar perhotelan di Kota Beriman mulai naik.
Walau dia belum mengetahui pasti angka kenaikan atau dampak dari libur panjang ini, tetapi menurutnya kondisi sekarang tidak seperti 2020-2021. Walau diharapkan dapat terus merangkak dan kian membaik, namun kondisi belum mampu diprediksi hingga akhir bulan nanti.
Mengingat belum tentu semua kegiatan bisnis terkait perpindahan ibu kota negara (IKN) maupun yang tidak terkait dilakukan. Di momen sekarang baru lalu lintas, sekedar transit saja dikarenakan libur panjang, tapi itu pun pengunjung/tamu luar daerah yang datang menginap belum tentu sampai berhari-hari.
Berbeda dengan kota destinasi wisata yang pasti padat dan libur panjang menjadi peluang peningkatan kunjungan. Dibandingkan daerah lain di luar 12 kota destinasi wisata utama di Indonesia, memang jumlah tamu atau pengunjung tidaklah terlalu besar. Dan itu juga hanya wisatawan domestik.
“Beberapa hari ini, hotel ada kenaikan okupansi kamar, tapi sampai akhir bulan masih belum bisa diprediksi. Karena Balikpapan bukan kota destinasi wisata utama, beda dengan Jogjakarta dan Bali yang mulai kembali bangkit dan marak lagi oleh pengunjung,” tuturnya.
Perekonomian daerah menurutnya mulai bergerak. Walau demikian, daya beli masyarakat belum kembali pulih sepenuhnya. Sehingga, dia cukup menyayangkan keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), di tengah keputusan menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) dari 10 persen menjadi 11 persen.
“Saya kira tidak perlu menaikkan BBM sebelum Lebaran kemarin, karena membuat harga melambung tinggi, serta membuat harga jual barang menjadi lebih mahal. Karena itu memengaruhi daya beli masyarakat jadi berkurang, dan bagi pengusaha restoran maupun hotel sendiri juga belum baik,” beber Sahmal.
Biaya pengiriman naik memengaruhi banyak sektor. Satu sektor naik semua ikut terkerek. Itu membuat kondisi kurang menguntungkan. Apalagi Balikpapan begitu mengandalkan suplai dari luar daerah. Sehingga, diharapkan dukungan pemerintah agar bisa membantu meningkatkan minat pariwisata lokal.
Dirinya juga menuturkan, rekan-rekan di pariwisata menagih janji walikota Balikpapan yang telah menjabat selama setahun tersebut yang merencanakan kapal pesiar di Teluk Balikpapan.
“Bapak wali kota dulu pernah berjanji akan mendatangkan kapal pesiar dan membuat kapal wisata Balikpapan, kami harap beliau tidak lupa. Sebab, itu bisa menjadi potensi dan menggeliatkan kembali pariwisata lokal, terutama di Balikpapan supaya lebih siap lagi dalam rangka mendukung keberadaan IKN maupun demi pariwisata di masa depan,” harapnya. (ndu/k15)
Ulil Muawanah
yin.khazan@gmail.com