Jelang Victory Day di Rusia, Putin Bisa Deklarasikan Peperangan

- Jumat, 6 Mei 2022 | 11:36 WIB
Vladimir Putin
Vladimir Putin

Intelijen negara barat sedang siaga menjelang 9 Mei nanti. Hal tersebut disebabkan Rusia bakal merayakan Victory Day. Hari peringatan kemenangan Uni Soviet terhadap Nazi itu diprediksi bakal jadi momen Presiden Rusia Vladimir Putin secara resmi mengumumkan peperangan terhadap Ukraina.

 

 

MOSKOW-Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan, tanda-tanda menjelang Victory Day sudah kentara. Hal tersebut terlihat dari propaganda yang sudah disebarkan Rusia dalam beberapa minggu terakhir. Rusia bersikeras bahwa Ukraina merupakan sarang Neo Nazi yang harus dilawan.

''Saya pikir dia akan berpindah dari sekadar menyatakan operasi militer khusus menjadi peperangan,'' paparnya. Momennya memang tak bisa dilewatkan. Jelas, Rusia ngotot dengan argumen terkait Nazi. Karena itu, 9 Mei yang menjadi tanggal menyerahnya kelompok otoriter dalam Perang Dunia II jadi momentum. Meskipun, argumen bahwa Ukraina sudah dimasuki paham Neo Nazi sudah dipatahkan oleh berbagai pakar dan sejarawan.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky merupakan penganut agama Yahudi. Namun, Rusia bahkan menuduh Zelensky merupakan seorang Yahudi yang justru menganut paham Nazi. Tak cukup itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menuduh Israel mendukung paham Neo Nazi karena menyokong Ukraina. ''Sepertinya Menteri Luar Negeri (Israel) Yair Lapid tak menggubris sejarah mereka. Saat ini mereka malah mendukung rezim Neo Nazi di Kiev,'' ujar Lavrov seperti dilansir Agence France-Presse.

Jelas saja, Lapid langsung meradang dengan pernyataan Lavrov. Dia merasa Rusia memberi fitnah yang tak masuk akal. Misalnya, pernyataan bahwa Hitler sebenarnya keturunan Yahudi. ''Bagaimana bisa Yahudi membunuh kaumnya sendiri saat Holocaust. Ini adalah bentuk rasisme terendah dalam sejarah,'' ungkapnya. Namun, Rusia tak menggubris semua protes yang terjadi. Sebab, mereka mesti memberikan dasar mengapa konflik dengan Ukraina harus naik satu tingkat. Pernyataan perang secara resmi bisa memberi Putin kewenangan untuk menggerakkan tentara cadangan. Bahkan, dia bisa menggelar program wajib militer (wamil) bagi rakyatnya.

Jubir Kementerian Dalam Negeri AS Ned Price mengatakan, Rusia bakal memanfaatkan momen 9 Mei secara maksimal. Dia yakin dalam empat hari ke depan, propaganda dan diplomasi Rusia bakal lebih nyaring. Putin juga sudah menandatangani dekrit berupa sanksi terhadap belasan negara yang lebih dulu memberikan hukuman terhadap mereka. ''Rasanya ironis bahwa nanti pengumuman perang sebenarnya (adalah) pengakuan secara tak langsung bahwa strategi mereka selama ini gagal. Karena itu, mereka butuh lebih banyak lagi pasukan,'' sindirnya.

Menurut beberapa pihak, serangan Rusia sudah melemah. Terutama, serangan darat mereka. Pemerintah AS memprediksi bahwa mereka akan mencoba menduduki Donbas menjelang Victory Day. Saat ini pasukan Rusia terpusat di perbatasan wilayah tersebut. Namun, pendudukan tersebut tak akan berjalan lama. Setelah pengumuman kemenangan, sangat mungkin mereka akan mundur dan membiarkan rakyat Ukraina untuk merebut kembali.

''Kenyataannya, prajurit (Rusia) sedang dalam moral yang rendah dan logistik perang yang kurang,'' ungkap salah seorang pejabat Pentagon. Ukraina sendiri berupaya untuk melindungi masyarakat mereka. Salah satu yang menjadi perhatian adalah warga sipil yang terjebak di Mariupol. Kota pelabuhan tersebut kembali dicecar serangan Rusia. Saat itu, tentara Ukraina sempat berhasil mengevakuasi sekitar 100 warga sipil ke tempat yang aman.

Menurut beberapa aktivis, masih ada 100 ribu warga sipil yang terjebak di kota tersebut. Juga ada dua ribu tentara Ukraina yang berlindung di kawasan industri baja Azovstal.

Sementara itu, pemerintah Jepang dan Thailand baru saja mengumumkan perjanjian militer baru. Dalam safarinya di Asia Tenggara, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menyetujui kerja sama dengan transfer teknologi serta alat militer ke Thailand. “Tentu bakal meningkatkan pertahanan negara serta mendorong investasi Jepang di Thailand,'' jelas Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-o-cha. (jpc/bil/c6/bay/dra)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X