Teliti Keterkaitan dengan Virus Penyebab Covid-19, 228 Laporan Kasus Hepatitis Akut

- Jumat, 6 Mei 2022 | 10:37 WIB

JAKARTA – Hingga saat ini para ilmuwan masih menyelidiki keterkaitan penyakit “hepatitis akut yang tidak diketahui asalnya” (acute hepatitis of unknown aetiology). Termasuk keterkaitannya dengan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Menurut epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman, hepatitis yang menyebar sejak April 2022 itu tidak sepenuhnya misterius. Bisa jadi merupakan dampak sistemis dari infeksi virus Covid-19.

Dicky menyebutkan, setiap varian Covid-19 menginfeksi manusia dan menularkannya dalam bentuk infeksi saluran pernapasan. Namun, ada kemungkinan dampak-dampak lain yang mengganggu atau merusak bagian-bagian lain dalam tubuh. “Termasuk mengganggu fungsi dari liver atau hepar,” jelas Dicky.

Pada masa awal-awal merebaknya pandemi Covid-19, kata dia, ada beberapa kasus yang dilaporkan bahwa pasien Covid-19 mengalami gejala mirip hepatitis. Yakni, beberapa bagian tubuh yang berubah menjadi kekuningan. Namun, seiring mutasi dan kemunculan varian baru, khususnya Omicron yang lebih cepat menular, muncul pola baru, yakni infeksi pada kelompok anak-anak yang umumnya belum divaksin. “Dan jumlah (kelompok) ini banyak,” sebut Dicky.

Saat ini sebagian anak Indonesia di atas 6 tahun sudah divaksin. Namun, yang di bawah 5 tahun belum bisa divaksin. Belum lagi sebagian kelompok anak-anak di atas 6 tahun yang belum mendapatkan vaksin booster. ”Ini yang artinya perlu waspada infeksi yang bisa berdampak pada fungsi hepar pada anak,” terangnya.

Hepar atau hati merupakan organ yang sangat sering terganggu dengan infeksi Covid-19. Dalam pertemuan para peneliti pandemi global terakhir, Dicky mengatakan, salah satu penyebab hepatitis ini adalah adanya varian baru atau sub-varian baru dari penyebab Covid-19. “Apa itu dari turunan Omicron atau yang lain, itu yang harus kita tunggu,” jelasnya.

Fakta ilmiah sejauh ini, infeksi Covid-19 mengakibatkan lemahnya salah satu sistem pertahanan tubuh dan menyerang sel tersendiri yang merupakan bagian penting dari sistem imun tubuh. Karena itulah, lanjut Dicky, sejak awal tidak bisa mengandalkan orang yang sudah terinfeksi agar bisa melawan infeksi varian berikutnya. Belum lagi, fenomena penurunan fungsi pertahanan tubuh sebagian kelompok orang.

Dia menegaskan, prinsip public health, yakni mencegah lebih baik daripada mengobati, harus dijunjung tinggi. “Tidak bisa kemudian kita mengandalkan angka sero survei yang menyatakan 90 sekian persen masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi. Itu salah, itu bukan prinsip public health,” tegasnya.

Sementara itu, Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mendapatkan lebih dari 228 laporan kasus hepatitis dengan penyebab tak diketahui per 1 Mei 2022. Laporan tersebut datang dari 20 negara. Sebagian besar berada di Eropa. “Masih ada 50 kasus yang masih melalui proses penyelidikan,” ujar Jubir WHO Tarik Jasarevic seperti dilansir Agence France-Presse.

WHO kali pertama mendapatkan laporan dari pemerintah Skotlandia awal April. Mereka menemukan 10 kasus hepatitis pada anak dengan usia di bawah 10 tahun. Sebagian besar pasien menderita gejala penyakit kuning, diare, muntah-muntah, dan sakit perut.

Namun, pihak medis tak melihat virus-virus yang biasa mengakibatkan hepatitis saat memeriksa pasien. Baik dari varian virus A, B, C, D, atau E. Mereka menemukan adanya adenovirus di tubuh pasien. Namun, virus tersebut biasanya hanya mengakibatkan gangguan saluran pernapasan, peradangan mata, atau gangguan saluran pencernaan. “Saat ini adenovirus menjadi penyebab secara hipotesis. Namun, perlu ada penyelidikan lebih lanjut untuk tahu pasti apa penyebab hepatitis mereka,” paparnya.

Perkembangan kasus hepatitis baru itu makin menyebar. Sebelumnya, WHO mencatat 12 negara yang melaporkan wabah serupa. Namun, dalam sesi terbaru, dilaporkan 20 negara yang sudah mempunyai kasus. Meski, tidak diperinci negara mana saja.

Daily Mail menyebut, 20 negara tersebut kebanyakan berada di Eropa. Kasus terbanyak ada di Britania Raya dengan jumlah 145 kasus. Dalam daftar tersebut tidak termasuk Indonesia. Sampai saat ini baru ada satu kematian yang dikonfirmasi akibat hepatitis tersebut. “Kami terus mengingatkan kepada orang tua untuk mengawasi gejala hepatitis pada anak. Terutama, jika ada warna kuning di mata mereka,” ungkap Meera Chand, direktur infeksi pada UK Health Security Agency. (tau/JPG/rom/k16)

 

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Puncak Arus Balik Sudah Terlewati

Selasa, 16 April 2024 | 13:10 WIB

Temui JK, Pendeta Gilbert Meminta Maaf

Selasa, 16 April 2024 | 10:35 WIB

Berlibur di Pantai, Waspada Gelombang Alun

Senin, 15 April 2024 | 12:40 WIB
X